ALAT PENGOLAHAN TANAH SEKUNDER (GARU PIRING)
ALAT PENGOLAHAN TANAH SEKUNDER (GARU PIRING)
( Laporan Praktikum Alat Mesin Pertanian )
Oleh:
Fanya Alfacia Arafat
1314071022
LABORATORIUM
DAYA ALAT DAN MESIN PERTANIAN
JURUSAN
TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2015
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pengolahan
tanah dapat dipandang sebagai suatu usaha manusia untuk merubah sifat-sifat
yang dimiliki oleh tanah sesuai dengan kebutuhan yang dikehendaki oleh manusia.
Di dalam usaha pertanian, pengolahan tanah dilakukan dengan tujuan untuk
menciptakan kondisi fisik; khemis dan biologis tanah yang lebih baik sampai
kedalaman tertentu agar sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Di samping itu
pengolahan tanah bertujuan pula untuk : membunuh gulma dan tanaman yang tidak
diinginkan; menempatkan seresah atau sisa-sisa tanaman pada tempat yang sesuai
agar dekomposisi dapat berjalan dengan baik; menurunkan laju erosi; meratakan
tanah untuk memudahkan pekerjaan di lapangan; mempersatukan pupuk dengantanah;
serta mempersiapkan tanah untuk mempermudah dalam pengaturan air.
Pada budidaya tanaman pertanian, diperlukan
beberapa tahap hingga pada akhirnya mencapai proses panen dan proses pasca
panen. Dalam proses-proses tersebut yang merupakan proses awal adalah
pengolahan lahan (soil tillage). Pada proses ini berfungsi untuk menggemburkan
tanah, menghilangkan kotoran-kotoran dan sampah pada tanah. Proses pengolahan
lahan meliputi tahap pembajakan dan penggaruan.
Sebagian besar operasi penyiapan lahan diawali oleh pembajakan
menggunakan bajak singkal atau bajak piring. Hasil pembajakan dengan kedua
bajak ini masih berbongkah-bongkah dan belum siap untuk ditanami. Oleh karena
itu, pengolahan tanah perlu dilanjutkan hingga lahan benar-benar siap untuk
ditanami. Operasi pengolahan tanah setelah pembajakan dinamakan pengolahan
tanah sekunder. Untuk mencapai kondisi lahan siap tanam masih ada beberapa
tahap pengolahan tanah sekunder. Biasanya dimulai dengan penggaruan dan
berakhir dengan pembuatan bedengan (guludan).
Alat
pengolahan tanah sekunder yang paling banyak diketahui yaitu bajak piring.
Setelah itu garu-garu lain seperti garu bergigi paku, garu bergigi pegas, dan
garu putar. Sebagai alat pengolah tanah sekunder, garu-garu tersebut digunakan
untuk menghancurkan lebih lanjut bongkah-bongkah tanah hasil pengolahan tanah
primer, menggemburkan dan meratakannya, serta memusnahkan tanaman pengganggu (Depdiknas, 2002).
1.2
Tujuan
Adapun Tujuan dari
praktikum Alat dan Mesin Pertanian ini adalah:
1.
Untuk
mengetahui komponen-komponen pada garu piring.
2.
Untuk
mengetahui jenis piringan pada garu piring.
3.
Untuk mengukur
dimensi pada garu piring.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Garu
Piring
Garu
piringan (disk-harror), pada prinsipnya peralatan pengolah tanah ini hampir
menyerupai bajak piringan, khususnya bajak piringan vertikal. Perbedaannya
hanya terletak pada ukuran, kecekungan dan jumlah piringannya. Garu piringan
mempunyai ukuran dan kecekungan piringan yang lebih kecil dibandingkan dengan
bajak, hal ini disebabkan pengolahan tanah kedua dilakukan lebih dangkal dan
tidak diperlukan pernbalikan tanah yang efektif seperti pengolahan tanah
pertama. Selanjutnya karena draft penggaruan lebih kecil dari draft
partibajakan, maka dengan besar daya penarikan yang sama lebar kerja garu akan
lebih besar dibandingkan dengan lebar kerja bajak, dengan demikian jumlah
piringan garu piringan dengan sendirinya akan lebih banyak dibandingkan dengan
bajak piringan (Soedijanto, 1971).
Seperti
bajak piringan, bagian bagian-bagian utarna dan garu piringan terdiri atas :
piringan ; poros piringan ; penggarak piringan ; kerangka. Kadang kala
dilengkapi pula dengan roda dukung, apabila sistim penggandengan dengan daya
penariknya menggunakan sistem hela trailing.Garu piringan biasanya tidak
dilengkapi dengan roda alur penstabil. Beberapa piringan dan garu piringan dirangkai
menjadi satu rangkaian dengan menggunakan satu poros, rangkaian-rangkaian ini
biasa disebut
sebagai
rangkaian piringan (disk gang). Konstruksi garu piringan umumnya terdiri atas
dua rangkaian piringan atau empat rangkaian piringan. Ditinjau dan proses penghancuran
tanah, langkah penggaruan dapat dibedakan atas : penggaruan satu aksi (single
action) dan penggaruan dua aksi (double action). Didasarkan atas uraian di
atas, garu piringan dibedakan atas garu piringan dua rangkaian satu aksi
(single action two gang-dlisk barrow) garu piringan dua rangkaian dua aksi
(double ion two anq disk harrow) garu piringan empat rangkaian dua aksi atau
biasanya disebut tandem (tandem disk-harrow). Bagian-bagian dari garu piring adalah
: piringan (disk), as (gang/arbor bolt), rangka (frame),
bantalan (bearing), bumper, kotak pemberat, dan pembersih tanah (scaper).
(Soedijanto, 1971).
Piringan dapat bersisi rata atau bergerigl Piringan yang bergerigi biasanya digunakan pada lahan yang mempunyai banyak sisa-sisa tanaman. Ukuran umum berkisar antara 45 sampai 60 cm, sedangkan untuk tugas berat (heavy duty) antara 65 sampai 70 cm. Piringan dipasang pada suatu as yang berbentuk persegi dengan jarak antara 15 sampai 22 cm, atau 25 sampai 30 untuk tugas berat dan masing-maing dipisahkan oleh gelondong (spool).
Masing-masing as (gang) diikat ke rangka melalui standar yang berdiri pada bantalan. Untuk garu yang ringan satu as mempunyai dua bantalan, sedangkan yang berat lebih dari dua bantalan.
Pada ujung as di bagian cembung piringan ditempatkan bumber berupa besi tuang yang eukup berat untuk menambah tekanan ke samp ing.
Apabila garu piring tidak cukup berat untuk memecah tanah, maka dapat ditambah beban yang ditempatkan pada kotak pemberat. Untuk membersihkan tanah yang melekat pada piringan, biasanya setiap piringan dilengkapi dengan pengeruk tanah (scraper) yang diikat pada rangka
Setiap piringan dari garu piringan biasanya dilengkapi dengan pengeruk (scraper) yang berguna selain untuk membersihkan tanah yang lengket pada piringan, juga membantu dalam pembalikan potongan tanah. Untuk menahan tekanan samping yang terjadi saat bajak memotong tanah, bajak piring dilengkapi dengan roda alur belakang (rear furrow wheel).
Beberapa keuntungan menggunakan garu ini adalah :
1. Dapat
bekerja ditanah keras dan kering.
2. Dapat untuk tanah-tanah yang lengket.
3. Dapat
untuk tanah-tanah yang berbatu.
4. Dapat untuk tanah-tanah berakar.
5. Dapat
untuk tanah-tanah yang memerlukan pengerjaan yang dalam.
Kegunaan
Garu Piring
Kegunaan Sebagai pengolah tanah untuk perbaikan struktur butir-butir tanah, memperbesar persediaan air, memperbaiki peresapan air dan aerasi tata udara tanah, mengurangi evaporasi tanah, mempercepat pelapukan akar sisa tanaman dan mempermudah perkembangan akar, memperbaiki kehidupan mikroba aerob tanah dan memberantas gulma. Keunggulan Baik dan efisien untuk kebun seluas 2,5 - 5 Ha; Sangat cocok untuk usaha tani lahan kering seperti tanaman hortikultura dan palawija. Dapat digandengkan dengan traktor mini bertenaga min 15 HP. Lebar pengolahan.
Kegunaan Sebagai pengolah tanah untuk perbaikan struktur butir-butir tanah, memperbesar persediaan air, memperbaiki peresapan air dan aerasi tata udara tanah, mengurangi evaporasi tanah, mempercepat pelapukan akar sisa tanaman dan mempermudah perkembangan akar, memperbaiki kehidupan mikroba aerob tanah dan memberantas gulma. Keunggulan Baik dan efisien untuk kebun seluas 2,5 - 5 Ha; Sangat cocok untuk usaha tani lahan kering seperti tanaman hortikultura dan palawija. Dapat digandengkan dengan traktor mini bertenaga min 15 HP. Lebar pengolahan.
Garu
piringan digunakan pada pengolahan tanah sekunder, kelebihan dari garu ini
dapat bekerja ditanah keras dan kering (tanah yang lengket, berbatu, berakar,
dan tanah yang memerlukan pengerjaan yang dalam). Kelemahan dari alat ini yaitu
tidak dapat menutup sisa tanaman/rumput yang telah terpotong, bekas pembajakan
tidak betul-betul rata, dan hasil pengolahan tanahnya masih berupa bongkahan-bongkahan
(Soedijanto,
1971).
B. Pengolahan
Tanah
Sebagaimana diuraikan
di atas bahwa pengolahan tanah adalah suatu usaha untuk mempersiapkan lahan
bagi pertumbuhan tanaman dengan cara menciptakan kondisi tanah yang siap tanam.
Walaupun pengolahan tanah sudah dilakukan oleh manusia sejak dahulu kala dan
sudah mengalami perkembangan yang demikian pesat baik dalam metode maupun
peralatan yang digunakan, tetapi sampai saat ini pengolahan tanah masih belum
dapat dikatakan sebagai ilmu yang pasti (eksakta) yang dapat dinyatakan secara
kuantitatif. Belum ada metode yang memuaskan yang tersedia untuk menilai hasil
olah yang dihasilkan oleh suatu alat pengolah tanah tertentu, serta belum dapat
ditentukan suatu kebutuhan hasil olah yang khusus untuk berbagai tanaman untuk
lahan kering.
Beberapa hasil penelitian menyimpulkan bahwa masalah pengolahan tanah merupakan masalah yang penting untuk mendapatkan produksi pertanian yang optimal. Kondisi tanah yang baik adalah salah satu faktor berhasilnya produksi tanaman, dan untuk mencapai kondisi tanah yang baik diperlukan alat-alat pertanian. Akhir-akhir ini masalah yang utama didalam pembukaan dan pengolahan tanah adalah bagaimana agar didapatkan efisiensi yang optimal. Hal ini dimaksudkan dari pengertian minimal tillage yaitu pengolahan yang seminimal mungkin, tetapi menghasilkan tanah yang baik dan pertumbuhan tanaman yang optimal dengan biaya yang rendah. Pekerjaan pengolahan tanah dapat dibagi menjadi pengolahan tanah pertama dan pengolahan tanah kedua. Peralatan pengolahan tanah pertama disebut juga pembajakan dan pengolahan tanah kedua disebut juga penggaruan.
Alat pengolahan tanah pertama adalah alat-alat yang
pertama sekali digunakan yaitu untuk memotong, memecah dan membalik tanah.
Sedangkan pada Pengolahan tanah kedua dilakukan setelah pembajakan. Perbedaan
antara pengolahan tanah pertama dan pengolahan tanah kedua biasanya didasarkan
pada kedalaman pengolahan serta hasil olahannya. Pengolahan tanah pertama
biasanya mempunyai kedalaman olah yang lebih dalam ( >15 cm ) dengan bongkah
tanah hasil pengolahan lebih besar, sedangkan pada pengolahan tanah kedua
mengolah tanah lebih dangkal ( < 15 cm) serta hasil olahannya sudah halus
dengan permukaan tanah yang relatif rata (siap untuk ditanami). (Depdiknas, 2002).
C.
Traktor
Traktor
roda empat adalah salah satu alat pengolah tanah jika dilengkapi dengan
peralatan pengolah tanah seperti bajak singkal, bajak piring, garu piring, dan
lain-lain. Traktor ini dirancang untuk bekerja di lahan kering bukan untuk
lahan sawah. Traktor roda empat yang biasa digunakan mempunyai daya antara
30-60 Kw (40-80 HP). Komponen utama pada
traktor roda empat yaitu :
1.
Sistem kemudi
digunakan untuk mengendalikan jalannya atau operasi traktor di lapangan.
2.
Roda depan
berfungsi untuk pengendalian dan memiliki ukuran diameter lebih kecil dari roda
bagian belakang.
3.
Chasis traktor
yaitu bagian rangka traktor roda empat yang merangkap sebagai rumah dari sistem
transmisi.
4.
Pemberat yaitu
besi cor yang dirancang khusus untuk pemberat traktor agar traktor tidak
terangkat pada saat mengolah tanah.
5.
Poros PTO
berfungsi untuk menggerakkan peralatan yang dalam pengoperasiannya memerlukan
putaran (bajak rotari) atau untuk menggerakkan peralatan stasioner.
Sistem penyambungan peralatan yaitu
bentuk peralatan pengolahan tanah yang relatif besar maka pada traktor roda
empat memerlukan mekanisme penyambungan khusus yakni sistem penyambungan tiga
titik (Mulyoto H dkk, 1996)
III. METODOLOGI
3.1
Waktu
dan Tempat
Praktikum mata
kuliah Alat Mesin Pertanian dengan judul Pengenalan Alat Pengolahan Tanah Sekunder
(Garu Piring) ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 18 Maret 2015 pukul 08.00
– 09.40 WIB, di Laboratorium Daya Alat dan Mesin Pertanian, Jurusan Teknik
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
3.2
Alat
dan Bahan
Adapun bahan yang
digunakan pada praktikum Pengenalan
Alat Pengolahan Tanah Sekunder (Garu Piring) yaitu meteran dan alat tulis.
Adapun alat yang
digunakan pada praktikum Pengenalan
Alat Pengolahan Tanah Sekunder (Garu Piring) yaitu contoh Garu Piring dan Traktor roda
empat.
3.2 Diagram Alir
Diperkenalkan
tentang Garu Piring
|
Dijelaskan
bagian-bagian dari Garu Piring
|
Dijelaskan
cara mengukur Panjang dan Lebar Dimensi Garu Piring
|
Diberikan
kesempatan kepada mahasiswa untuk bertanya kepada asisten dosen apabila
masih ada yang kurang paham.
|
Dijelaskan
fungsi dan cara menggunakan Garu Piring
|
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh
data hasil pengukuran sebagai berikut :
Tabel
1. Dimensi Piringan
Tipe Scallop
No.
|
Besaran
|
Nilai
|
1.
|
Panjang
|
183
cm
|
2.
|
Lebar
|
190
cm
|
3.
|
Tinggi
|
103
cm
|
4.
|
Sudut
|
15-20o
|
Tabel 2. Dimensi Piringan Tipe Sirkuler
No.
|
Besaran
|
Nilai
|
1.
|
Panjang
|
190
cm
|
2.
|
Lebar
|
172
cm
|
3.
|
Tinggi
|
100
cm
|
4.
|
Sudut
|
15-20o
|
4.2 Pembahasan
A.
Garu
piring
Garu
piring merupakan alat pengolah tanah sekunder, setelah dilakukan pengolahan
primer yaitu berupa pembajakan pada tanah, garu ini memiliki dua perbedaan
antara lain:
1.
Garu
Piring Sirkuler, garu ini berbentuk piringan dan lingkaran,garu ini tidak memiliki gerigi karena dipakai untuk
tanah yang lebih remah. Garu ini biasa digunakan pada tanah yang lebih remah (
lembut).
2.
Garu
Piringan Scallop, garu ini berbentuk piringan dan memiliki gerigi pada setiap
pinggirnya, gerigi itu sudah diatur sesuai dengan besarnya diameter piringan. Semakin
besar piringan, maka gerigi pada garu piring semakin banyak. Garu ini biasa
digunakan pada tanah yang kering dan agak keras, guna dari gerigi pada garu ini
agar tidak terjadinya slip pada garu ketika mengenai bongkahan tanah yang keras.
B.
Tipe Mata Bajak
Dari hasil
praktikum pengolahan tanah sekunder (garu piring) ini, praktikan di jelaskan
tentang tipe-tipe dari bajak yaitu: (1) Bajak satu arah (one way), bajak ini memiliki mata bajak yang searah, tipe ini dapat
digunakan dapat digunakan pada tanah dengan bidang miring. (2) bajak dua arah (
Two way), bajak ini dalam satu rangka
memiliki dua arah yang saling berlawanan, tipe ini juga dapat digunakan pada
tanah dengan bidang miring. (3) bajak Tandom,
bajak ini memiliki 2 arah yang saling bolak-balik, ada yang ke arah luar dan ke
dalam, begitu juga sebaliknya. (4) Bajak Offside,
bajak ini memiliki sudut, jika sudutnya lebar maka area pembajakan kecil
dan jika sudutnya kecil maka area pembajakan lebar. Kelebihan dari bajak ini
pengolahan tanah menjadi lebih bagus dan kelemahan dari bajak ini adalah kurang
efektif apabila digunakan pada tanah dengan bidang miring, serta membutuhkan
biaya yang mahal untuk membeli bajak ini.
C. Cara pengukuran
Untuk mengukur luas bagian dari garu piring ini menggunakan
meteran biasa atau meteran gulung. Cara pengukurannya yaitu dengan menghitung
panjang dari ujung depan ke ujung belakang bajak
singkal. Pengukuran tidak dilakukan mengikuti alur pisau tetapi lurus sesuai
dengan arah garu piring dan didapatkan hasil pengukuran pada garu piring tipe Scallop (panjang 183cm, lebar 190cm,
tinggi 103cm, dan sudut 15-20o) dan pada garu piring tipe sirkuler
(panjang 190cm, lebar172cm, dan tinggi 100cm).
V. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka
dapat kita ambil kesimpulan sebagai berikut :
1.
Garu piringan (disk harrow) mempunyai
ukuran dan kecekungan piringan lebih kecil dibandingkan dengan bajak serta
jumlah piringannya lebih banyak jika dibandingkan dengan bajak piringan.
2. Garu Piring Sirkuler berbentuk
piringan dan lingkaran, garu ini tidak
memiliki gerigi karena dipakai untuk tanah yang lebih remah.
3. Garu Piringan Scallop berbentuk
piringan dan memiliki gerigi pada setiap pinggirnya, gerigi itu sudah diatur
sesuai dengan besarnya diameter piringan.
4. Ada empat tipe bajak yaitu: satu
arah (One way), dua arah (Two way), Tandom, dan Offside.
5. Hasil
pengukuran pada garu piring tipe Scallop
(panjang 183cm, lebar 190cm, tinggi 103cm, dan sudut 15-20o) dan
pada garu piring tipe sirkuler (panjang 190cm, lebar172cm, dan tinggi 100cm).
DAFTAR
PUSTAKA
Depdiknas, 2002. Pengetahuan Alat dan Bahan dalam kegiatan
pertanian.
Malang: Rineka Cipta dan Bina Adiaksara.
Mulyoto H dkk, 1996, Mesin-Mesin
Pertanian. Jakarta: Bumi Aksara.
Soedijanto, 1971. Laporan tentang kegiatan Dinas Alat-alat dan
Mesin-mesin
Pertanian. Jakarta: Direktorat Teknik Pertanian.
( Laporan Praktikum Alat Mesin Pertanian )
Oleh:
Fanya Alfacia Arafat
1314071022
LABORATORIUM
DAYA ALAT DAN MESIN PERTANIAN
JURUSAN
TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2015
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pengolahan
tanah dapat dipandang sebagai suatu usaha manusia untuk merubah sifat-sifat
yang dimiliki oleh tanah sesuai dengan kebutuhan yang dikehendaki oleh manusia.
Di dalam usaha pertanian, pengolahan tanah dilakukan dengan tujuan untuk
menciptakan kondisi fisik; khemis dan biologis tanah yang lebih baik sampai
kedalaman tertentu agar sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Di samping itu
pengolahan tanah bertujuan pula untuk : membunuh gulma dan tanaman yang tidak
diinginkan; menempatkan seresah atau sisa-sisa tanaman pada tempat yang sesuai
agar dekomposisi dapat berjalan dengan baik; menurunkan laju erosi; meratakan
tanah untuk memudahkan pekerjaan di lapangan; mempersatukan pupuk dengantanah;
serta mempersiapkan tanah untuk mempermudah dalam pengaturan air.
Pada budidaya tanaman pertanian, diperlukan
beberapa tahap hingga pada akhirnya mencapai proses panen dan proses pasca
panen. Dalam proses-proses tersebut yang merupakan proses awal adalah
pengolahan lahan (soil tillage). Pada proses ini berfungsi untuk menggemburkan
tanah, menghilangkan kotoran-kotoran dan sampah pada tanah. Proses pengolahan
lahan meliputi tahap pembajakan dan penggaruan.
Sebagian besar operasi penyiapan lahan diawali oleh pembajakan
menggunakan bajak singkal atau bajak piring. Hasil pembajakan dengan kedua
bajak ini masih berbongkah-bongkah dan belum siap untuk ditanami. Oleh karena
itu, pengolahan tanah perlu dilanjutkan hingga lahan benar-benar siap untuk
ditanami. Operasi pengolahan tanah setelah pembajakan dinamakan pengolahan
tanah sekunder. Untuk mencapai kondisi lahan siap tanam masih ada beberapa
tahap pengolahan tanah sekunder. Biasanya dimulai dengan penggaruan dan
berakhir dengan pembuatan bedengan (guludan).
Alat
pengolahan tanah sekunder yang paling banyak diketahui yaitu bajak piring.
Setelah itu garu-garu lain seperti garu bergigi paku, garu bergigi pegas, dan
garu putar. Sebagai alat pengolah tanah sekunder, garu-garu tersebut digunakan
untuk menghancurkan lebih lanjut bongkah-bongkah tanah hasil pengolahan tanah
primer, menggemburkan dan meratakannya, serta memusnahkan tanaman pengganggu (Depdiknas, 2002).
1.2
Tujuan
Adapun Tujuan dari
praktikum Alat dan Mesin Pertanian ini adalah:
1.
Untuk
mengetahui komponen-komponen pada garu piring.
2.
Untuk
mengetahui jenis piringan pada garu piring.
3.
Untuk mengukur
dimensi pada garu piring.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Garu
Piring
Garu
piringan (disk-harror), pada prinsipnya peralatan pengolah tanah ini hampir
menyerupai bajak piringan, khususnya bajak piringan vertikal. Perbedaannya
hanya terletak pada ukuran, kecekungan dan jumlah piringannya. Garu piringan
mempunyai ukuran dan kecekungan piringan yang lebih kecil dibandingkan dengan
bajak, hal ini disebabkan pengolahan tanah kedua dilakukan lebih dangkal dan
tidak diperlukan pernbalikan tanah yang efektif seperti pengolahan tanah
pertama. Selanjutnya karena draft penggaruan lebih kecil dari draft
partibajakan, maka dengan besar daya penarikan yang sama lebar kerja garu akan
lebih besar dibandingkan dengan lebar kerja bajak, dengan demikian jumlah
piringan garu piringan dengan sendirinya akan lebih banyak dibandingkan dengan
bajak piringan (Soedijanto, 1971).
Seperti
bajak piringan, bagian bagian-bagian utarna dan garu piringan terdiri atas :
piringan ; poros piringan ; penggarak piringan ; kerangka. Kadang kala
dilengkapi pula dengan roda dukung, apabila sistim penggandengan dengan daya
penariknya menggunakan sistem hela trailing.Garu piringan biasanya tidak
dilengkapi dengan roda alur penstabil. Beberapa piringan dan garu piringan dirangkai
menjadi satu rangkaian dengan menggunakan satu poros, rangkaian-rangkaian ini
biasa disebut
sebagai
rangkaian piringan (disk gang). Konstruksi garu piringan umumnya terdiri atas
dua rangkaian piringan atau empat rangkaian piringan. Ditinjau dan proses penghancuran
tanah, langkah penggaruan dapat dibedakan atas : penggaruan satu aksi (single
action) dan penggaruan dua aksi (double action). Didasarkan atas uraian di
atas, garu piringan dibedakan atas garu piringan dua rangkaian satu aksi
(single action two gang-dlisk barrow) garu piringan dua rangkaian dua aksi
(double ion two anq disk harrow) garu piringan empat rangkaian dua aksi atau
biasanya disebut tandem (tandem disk-harrow). Bagian-bagian dari garu piring adalah
: piringan (disk), as (gang/arbor bolt), rangka (frame),
bantalan (bearing), bumper, kotak pemberat, dan pembersih tanah (scaper).
(Soedijanto, 1971).
Piringan dapat bersisi rata atau bergerigl Piringan yang bergerigi biasanya digunakan pada lahan yang mempunyai banyak sisa-sisa tanaman. Ukuran umum berkisar antara 45 sampai 60 cm, sedangkan untuk tugas berat (heavy duty) antara 65 sampai 70 cm. Piringan dipasang pada suatu as yang berbentuk persegi dengan jarak antara 15 sampai 22 cm, atau 25 sampai 30 untuk tugas berat dan masing-maing dipisahkan oleh gelondong (spool).
Masing-masing as (gang) diikat ke rangka melalui standar yang berdiri pada bantalan. Untuk garu yang ringan satu as mempunyai dua bantalan, sedangkan yang berat lebih dari dua bantalan.
Pada ujung as di bagian cembung piringan ditempatkan bumber berupa besi tuang yang eukup berat untuk menambah tekanan ke samp ing.
Apabila garu piring tidak cukup berat untuk memecah tanah, maka dapat ditambah beban yang ditempatkan pada kotak pemberat. Untuk membersihkan tanah yang melekat pada piringan, biasanya setiap piringan dilengkapi dengan pengeruk tanah (scraper) yang diikat pada rangka
Setiap piringan dari garu piringan biasanya dilengkapi dengan pengeruk (scraper) yang berguna selain untuk membersihkan tanah yang lengket pada piringan, juga membantu dalam pembalikan potongan tanah. Untuk menahan tekanan samping yang terjadi saat bajak memotong tanah, bajak piring dilengkapi dengan roda alur belakang (rear furrow wheel).
Beberapa keuntungan menggunakan garu ini adalah :
1. Dapat
bekerja ditanah keras dan kering.
2. Dapat untuk tanah-tanah yang lengket.
3. Dapat
untuk tanah-tanah yang berbatu.
4. Dapat untuk tanah-tanah berakar.
5. Dapat
untuk tanah-tanah yang memerlukan pengerjaan yang dalam.
Kegunaan
Garu Piring
Kegunaan Sebagai pengolah tanah untuk perbaikan struktur butir-butir tanah, memperbesar persediaan air, memperbaiki peresapan air dan aerasi tata udara tanah, mengurangi evaporasi tanah, mempercepat pelapukan akar sisa tanaman dan mempermudah perkembangan akar, memperbaiki kehidupan mikroba aerob tanah dan memberantas gulma. Keunggulan Baik dan efisien untuk kebun seluas 2,5 - 5 Ha; Sangat cocok untuk usaha tani lahan kering seperti tanaman hortikultura dan palawija. Dapat digandengkan dengan traktor mini bertenaga min 15 HP. Lebar pengolahan.
Kegunaan Sebagai pengolah tanah untuk perbaikan struktur butir-butir tanah, memperbesar persediaan air, memperbaiki peresapan air dan aerasi tata udara tanah, mengurangi evaporasi tanah, mempercepat pelapukan akar sisa tanaman dan mempermudah perkembangan akar, memperbaiki kehidupan mikroba aerob tanah dan memberantas gulma. Keunggulan Baik dan efisien untuk kebun seluas 2,5 - 5 Ha; Sangat cocok untuk usaha tani lahan kering seperti tanaman hortikultura dan palawija. Dapat digandengkan dengan traktor mini bertenaga min 15 HP. Lebar pengolahan.
Garu
piringan digunakan pada pengolahan tanah sekunder, kelebihan dari garu ini
dapat bekerja ditanah keras dan kering (tanah yang lengket, berbatu, berakar,
dan tanah yang memerlukan pengerjaan yang dalam). Kelemahan dari alat ini yaitu
tidak dapat menutup sisa tanaman/rumput yang telah terpotong, bekas pembajakan
tidak betul-betul rata, dan hasil pengolahan tanahnya masih berupa bongkahan-bongkahan
(Soedijanto,
1971).
B. Pengolahan
Tanah
Sebagaimana diuraikan
di atas bahwa pengolahan tanah adalah suatu usaha untuk mempersiapkan lahan
bagi pertumbuhan tanaman dengan cara menciptakan kondisi tanah yang siap tanam.
Walaupun pengolahan tanah sudah dilakukan oleh manusia sejak dahulu kala dan
sudah mengalami perkembangan yang demikian pesat baik dalam metode maupun
peralatan yang digunakan, tetapi sampai saat ini pengolahan tanah masih belum
dapat dikatakan sebagai ilmu yang pasti (eksakta) yang dapat dinyatakan secara
kuantitatif. Belum ada metode yang memuaskan yang tersedia untuk menilai hasil
olah yang dihasilkan oleh suatu alat pengolah tanah tertentu, serta belum dapat
ditentukan suatu kebutuhan hasil olah yang khusus untuk berbagai tanaman untuk
lahan kering.
Beberapa hasil penelitian menyimpulkan bahwa masalah pengolahan tanah merupakan masalah yang penting untuk mendapatkan produksi pertanian yang optimal. Kondisi tanah yang baik adalah salah satu faktor berhasilnya produksi tanaman, dan untuk mencapai kondisi tanah yang baik diperlukan alat-alat pertanian. Akhir-akhir ini masalah yang utama didalam pembukaan dan pengolahan tanah adalah bagaimana agar didapatkan efisiensi yang optimal. Hal ini dimaksudkan dari pengertian minimal tillage yaitu pengolahan yang seminimal mungkin, tetapi menghasilkan tanah yang baik dan pertumbuhan tanaman yang optimal dengan biaya yang rendah. Pekerjaan pengolahan tanah dapat dibagi menjadi pengolahan tanah pertama dan pengolahan tanah kedua. Peralatan pengolahan tanah pertama disebut juga pembajakan dan pengolahan tanah kedua disebut juga penggaruan.
Alat pengolahan tanah pertama adalah alat-alat yang
pertama sekali digunakan yaitu untuk memotong, memecah dan membalik tanah.
Sedangkan pada Pengolahan tanah kedua dilakukan setelah pembajakan. Perbedaan
antara pengolahan tanah pertama dan pengolahan tanah kedua biasanya didasarkan
pada kedalaman pengolahan serta hasil olahannya. Pengolahan tanah pertama
biasanya mempunyai kedalaman olah yang lebih dalam ( >15 cm ) dengan bongkah
tanah hasil pengolahan lebih besar, sedangkan pada pengolahan tanah kedua
mengolah tanah lebih dangkal ( < 15 cm) serta hasil olahannya sudah halus
dengan permukaan tanah yang relatif rata (siap untuk ditanami). (Depdiknas, 2002).
C.
Traktor
Traktor
roda empat adalah salah satu alat pengolah tanah jika dilengkapi dengan
peralatan pengolah tanah seperti bajak singkal, bajak piring, garu piring, dan
lain-lain. Traktor ini dirancang untuk bekerja di lahan kering bukan untuk
lahan sawah. Traktor roda empat yang biasa digunakan mempunyai daya antara
30-60 Kw (40-80 HP). Komponen utama pada
traktor roda empat yaitu :
1.
Sistem kemudi
digunakan untuk mengendalikan jalannya atau operasi traktor di lapangan.
2.
Roda depan
berfungsi untuk pengendalian dan memiliki ukuran diameter lebih kecil dari roda
bagian belakang.
3.
Chasis traktor
yaitu bagian rangka traktor roda empat yang merangkap sebagai rumah dari sistem
transmisi.
4.
Pemberat yaitu
besi cor yang dirancang khusus untuk pemberat traktor agar traktor tidak
terangkat pada saat mengolah tanah.
5.
Poros PTO
berfungsi untuk menggerakkan peralatan yang dalam pengoperasiannya memerlukan
putaran (bajak rotari) atau untuk menggerakkan peralatan stasioner.
Sistem penyambungan peralatan yaitu
bentuk peralatan pengolahan tanah yang relatif besar maka pada traktor roda
empat memerlukan mekanisme penyambungan khusus yakni sistem penyambungan tiga
titik (Mulyoto H dkk, 1996)
III. METODOLOGI
3.1
Waktu
dan Tempat
Praktikum mata
kuliah Alat Mesin Pertanian dengan judul Pengenalan Alat Pengolahan Tanah Sekunder
(Garu Piring) ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 18 Maret 2015 pukul 08.00
– 09.40 WIB, di Laboratorium Daya Alat dan Mesin Pertanian, Jurusan Teknik
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
3.2
Alat
dan Bahan
Adapun bahan yang
digunakan pada praktikum Pengenalan
Alat Pengolahan Tanah Sekunder (Garu Piring) yaitu meteran dan alat tulis.
Adapun alat yang
digunakan pada praktikum Pengenalan
Alat Pengolahan Tanah Sekunder (Garu Piring) yaitu contoh Garu Piring dan Traktor roda
empat.
3.2 Diagram Alir
Diperkenalkan
tentang Garu Piring
|
Dijelaskan
bagian-bagian dari Garu Piring
|
Dijelaskan
cara mengukur Panjang dan Lebar Dimensi Garu Piring
|
Diberikan
kesempatan kepada mahasiswa untuk bertanya kepada asisten dosen apabila
masih ada yang kurang paham.
|
Dijelaskan
fungsi dan cara menggunakan Garu Piring
|
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh
data hasil pengukuran sebagai berikut :
Tabel
1. Dimensi Piringan
Tipe Scallop
No.
|
Besaran
|
Nilai
|
1.
|
Panjang
|
183
cm
|
2.
|
Lebar
|
190
cm
|
3.
|
Tinggi
|
103
cm
|
4.
|
Sudut
|
15-20o
|
Tabel 2. Dimensi Piringan Tipe Sirkuler
No.
|
Besaran
|
Nilai
|
1.
|
Panjang
|
190
cm
|
2.
|
Lebar
|
172
cm
|
3.
|
Tinggi
|
100
cm
|
4.
|
Sudut
|
15-20o
|
4.2 Pembahasan
A.
Garu
piring
Garu
piring merupakan alat pengolah tanah sekunder, setelah dilakukan pengolahan
primer yaitu berupa pembajakan pada tanah, garu ini memiliki dua perbedaan
antara lain:
1.
Garu
Piring Sirkuler, garu ini berbentuk piringan dan lingkaran,garu ini tidak memiliki gerigi karena dipakai untuk
tanah yang lebih remah. Garu ini biasa digunakan pada tanah yang lebih remah (
lembut).
2.
Garu
Piringan Scallop, garu ini berbentuk piringan dan memiliki gerigi pada setiap
pinggirnya, gerigi itu sudah diatur sesuai dengan besarnya diameter piringan. Semakin
besar piringan, maka gerigi pada garu piring semakin banyak. Garu ini biasa
digunakan pada tanah yang kering dan agak keras, guna dari gerigi pada garu ini
agar tidak terjadinya slip pada garu ketika mengenai bongkahan tanah yang keras.
B.
Tipe Mata Bajak
Dari hasil
praktikum pengolahan tanah sekunder (garu piring) ini, praktikan di jelaskan
tentang tipe-tipe dari bajak yaitu: (1) Bajak satu arah (one way), bajak ini memiliki mata bajak yang searah, tipe ini dapat
digunakan dapat digunakan pada tanah dengan bidang miring. (2) bajak dua arah (
Two way), bajak ini dalam satu rangka
memiliki dua arah yang saling berlawanan, tipe ini juga dapat digunakan pada
tanah dengan bidang miring. (3) bajak Tandom,
bajak ini memiliki 2 arah yang saling bolak-balik, ada yang ke arah luar dan ke
dalam, begitu juga sebaliknya. (4) Bajak Offside,
bajak ini memiliki sudut, jika sudutnya lebar maka area pembajakan kecil
dan jika sudutnya kecil maka area pembajakan lebar. Kelebihan dari bajak ini
pengolahan tanah menjadi lebih bagus dan kelemahan dari bajak ini adalah kurang
efektif apabila digunakan pada tanah dengan bidang miring, serta membutuhkan
biaya yang mahal untuk membeli bajak ini.
C. Cara pengukuran
Untuk mengukur luas bagian dari garu piring ini menggunakan
meteran biasa atau meteran gulung. Cara pengukurannya yaitu dengan menghitung
panjang dari ujung depan ke ujung belakang bajak
singkal. Pengukuran tidak dilakukan mengikuti alur pisau tetapi lurus sesuai
dengan arah garu piring dan didapatkan hasil pengukuran pada garu piring tipe Scallop (panjang 183cm, lebar 190cm,
tinggi 103cm, dan sudut 15-20o) dan pada garu piring tipe sirkuler
(panjang 190cm, lebar172cm, dan tinggi 100cm).
V. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka
dapat kita ambil kesimpulan sebagai berikut :
1.
Garu piringan (disk harrow) mempunyai
ukuran dan kecekungan piringan lebih kecil dibandingkan dengan bajak serta
jumlah piringannya lebih banyak jika dibandingkan dengan bajak piringan.
2. Garu Piring Sirkuler berbentuk
piringan dan lingkaran, garu ini tidak
memiliki gerigi karena dipakai untuk tanah yang lebih remah.
3. Garu Piringan Scallop berbentuk
piringan dan memiliki gerigi pada setiap pinggirnya, gerigi itu sudah diatur
sesuai dengan besarnya diameter piringan.
4. Ada empat tipe bajak yaitu: satu
arah (One way), dua arah (Two way), Tandom, dan Offside.
5. Hasil
pengukuran pada garu piring tipe Scallop
(panjang 183cm, lebar 190cm, tinggi 103cm, dan sudut 15-20o) dan
pada garu piring tipe sirkuler (panjang 190cm, lebar172cm, dan tinggi 100cm).
DAFTAR
PUSTAKA
Depdiknas, 2002. Pengetahuan Alat dan Bahan dalam kegiatan
pertanian.
Malang: Rineka Cipta dan Bina Adiaksara.
Mulyoto H dkk, 1996, Mesin-Mesin
Pertanian. Jakarta: Bumi Aksara.
Soedijanto, 1971. Laporan tentang kegiatan Dinas Alat-alat dan
Mesin-mesin
Pertanian. Jakarta: Direktorat Teknik Pertanian.
Saya akan merekomendasikan siapa pun yang mencari pinjaman Bisnis ke Le_Meridian, mereka membantu saya dengan pinjaman Empat Juta USD untuk memulai bisnis Quilting saya dan itu cepat. Ketika mendapatkan pinjaman dari mereka, mengejutkan betapa mudahnya mereka bekerja. Mereka dapat membiayai hingga jumlah $ 500,000,000.00 (Lima Ratus Juta Dolar) di wilayah mana pun di dunia selama ada 1,9% ROI yang dapat dijamin pada proyek tersebut. Prosesnya cepat dan aman. Itu benar-benar pengalaman positif. Hindari penipu di sini dan hubungi Layanan Pendanaan Le_Meridian Di. lfdsloans@lemeridianfds.com / lfdsloans@outlook.com. WhatsApp ... + 19893943740. jika Anda mencari pinjaman bisnis.
ReplyDelete