PENGOPRASIAN GRAIN SEEDER
PENGOPRASIAN
GRAIN SEEDER
(Laporan Praktikum Alat Dan Mesin Pertanian)
Oleh:
PENGOPRASIAN
GRAIN SEEDER
(Laporan Praktikum Alat Dan Mesin Pertanian)
Oleh:
Fanya Alfacia Arafat
1314071022

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
I . PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penanaman merupakan usaha penempatan biji atau benih
di dalam tanah pada kedalaman tertentu atau menyebarkan biji di atas permukaan
tanah atau menanamkan di dalam tanah untuk memperoleh perkecambahan dan tegakan
yang baik. Selain membutuhkan pekerja yang cukup juga teknik penanaman akan
menentukan keberhasilan budidaya. Proses penanaman memerlukan tanaga kerja
sekitar 20% dari keseluruhan proses budidaya tanaman. Hal ini menunjukan
sangatlah diperlukan alat tanam mekanis mengingat semakin sedikitnya tenaga
yang tersedia dalam bidang pertanian (Soedianto, dkk.
1982).
Proses penanaman benih dengan menggunakan alat tanam,
maka mekanisme kerja alat akan mempengaruhi penempatan benih di dalam tanah. Oleh
karena itu, dengan adanya alat tanam padi dan alat tanam biji-bijian akan
membantu para petani untuk lebih efisien dalam usaha tani tanaman budidaya
untuk kebutuhan pangan manusia dihasilkan dan disiapkan dengan menggunakan
tenaga otot-otot manusia. Kemudian tenaga otot hewani digunakan untuk
meringankan tenaga otot manusia. Dengan ditemukannya besi, diciptakan perkakas
yang selanjutnya mengurangi tenaga otot manusia. Yang disebut dengan mesin
peralatan pertanian.
Petani yang memiliki lahan cukup luas seringkali menghadapi hambatan dalam
setiap kegiatan budidaya karena keterbatasan
sumberdaya terutama tenaga kerja di bidang pertanian serta didukung dengan
masih rendahnya tingkat produktivitas tenaga kerja pertanian tersebut. Hal ini
karena hampir sebagian besar tenaga kerja pertanian saat ini sudah memasuki
usia non produktif sementara generasi muda lebih banyak terjun di sektor lain
baik industri maupun sektor informal sebagai akibat dari rendahnya minat mereka
untuk terjun langsung ke lahan pertanian, apalagi dengan sistem pertanian
tradisional. Oleh karenanya keberadaan mesin pertanian dapat meningkatkan
produktifitas dan efektifitas kerja.
Seiring dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang pertanian sekarang ini telah dikembangkan berbagi jenis mesin penanam yang dimaksudkan untuk membantu petani dalam memudahkan proses penanaman sehingga dapat menghasilkan kinerja efektif dan efisien dengan keuntungan yang lebih besar (Soedianto, dkk. 1982).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan diadakannya praktikum ini
adalah:
1.
Mahasiswa
mengetahui cara mengoprasikan Grain
Seeder.
2.
Mahasiswa
mengetahui proses penanaman benih menggunakan Grain Seeder.
3.
Mahasiswa
memahami jarak tanam benih menggunakan Grain
seeder.
II . TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Seeder
Alat penanam (seeder) berfungsi untuk meletakkan benih
yang akan ditanam pada kedalaman dan jumlah tertentu dengan keseragaman yang
relatif tinggi. Sebagian besar alat penanam dilengkapi dengan alat penutup
tanah. Bila benih dengan menggunakan alat tanam, maka mekanisme kerja alat akan
mempengaruhi penempatan benih di dalam tanam, yaitu berpengaruh pada kedalaman
tanam, jumlah benih tiap lubang, jarak antar lubang dalam baris, dan jarak
antar baris. Di samping itu ada kemungkinan kerusakan benih dalam proses aliran
benih dalam alat tanam. Benih tanaman yang berupa biji-bijian ada
bermacam-macam, seperti kacang tanah, jagung, kedelai, kacang hijau,dll, yang
masing-masing memiki bentuk, ukuran, kekuatan agronomis yang berbeda-beda.
Untuk itu diperlukan alat tanam yang memiliki kekuatan tanam yang berbeda pula.
Beberapa sifat fisis benih yang mempengaruhi alat tanam, yaitu ukuran, bentuk,
keseragaman bentuk dan ukuran, density per satuan volume, dan tekanan terhadap
tekanan dan gesekan (Daywin, 2008).
Penebaran benih dan pola pertanaman dengan alat
penanam (seeder) ini dapat digolongkan menjadi 5 macam diantaranya
a.
Broadcasting (benih
disebar pada permukaan tanah).
b.
Drill seedling (benih
dijatuhkan secara random dan diletakkan pada kedalaman tertentu dalam alur
sehingga diperoleh jalur tanaman tertentu).
c.
Pesicion drilling
(benih ditanam secara tunggal dengan interval yang sama dengan alur).
d.
Hill dropping
(kelompok benih dijatuhkan secara random dengan interval yang hampir sama dengan
alur).
e.
Chezktow planting
(benih diletakkan pada tempat tertentu sehingga diperoleh lajur tanaman dengan
dua arah yang sama). (Daywin, 2008).
Mesin atau peralatan yang digunakan sebagai penanaman
benih adalah sebagai berikut :
1.
Mesin tanam sebar
(broadcast seeder)
Pada alat ini penjatahan benih dari hoper melalui satu lubang variabel (variable orifice). Suatu agitator ditempatkan diatas lubang variabel tersebut untuk mencegah macet karena benih-benih saling mengunci (seed bridging), juga agar aliran benih dapat kontinyu. Kadang-kadang suatu roda bercoak (fluted wheel) digunakan sebagai penjatah benih. Benih hasil penjatahan ini kemudian dijatuhkan pada piringan yang berputar. Karena bentuk dari piringan ini, benih tersebut akan dipercepat dan dilempar mendatar karena adanya gaya sentrifugal. Lebar sebaran tergantung pada diameter piringan, bentuk penghalang, dan desitas dari benih. Dua buah disk berputar dengan arah putaran yang berlawanan (counter disk spinning) dapat dipergunakan agar jangkauan sebaran lebih lebar. Laju benih dikontrol dari ukuran bukaan, kecepatan maju traktor, lebar sebaran. Centrifugal spreader merupakan alat yang cukup fleksibel karena dapat dipergunakan untuk menyebar benih, pupuk, pestisida dan material lain yang berupa butiran. Setelah operasi tanam sebar kemudian dilakukan operasi pengolahan tanah kedua untuk menutup benih dengan tanah (Daywin, 2008).
Pada alat ini penjatahan benih dari hoper melalui satu lubang variabel (variable orifice). Suatu agitator ditempatkan diatas lubang variabel tersebut untuk mencegah macet karena benih-benih saling mengunci (seed bridging), juga agar aliran benih dapat kontinyu. Kadang-kadang suatu roda bercoak (fluted wheel) digunakan sebagai penjatah benih. Benih hasil penjatahan ini kemudian dijatuhkan pada piringan yang berputar. Karena bentuk dari piringan ini, benih tersebut akan dipercepat dan dilempar mendatar karena adanya gaya sentrifugal. Lebar sebaran tergantung pada diameter piringan, bentuk penghalang, dan desitas dari benih. Dua buah disk berputar dengan arah putaran yang berlawanan (counter disk spinning) dapat dipergunakan agar jangkauan sebaran lebih lebar. Laju benih dikontrol dari ukuran bukaan, kecepatan maju traktor, lebar sebaran. Centrifugal spreader merupakan alat yang cukup fleksibel karena dapat dipergunakan untuk menyebar benih, pupuk, pestisida dan material lain yang berupa butiran. Setelah operasi tanam sebar kemudian dilakukan operasi pengolahan tanah kedua untuk menutup benih dengan tanah (Daywin, 2008).
2.
Mesin tanam acak
dalam lajur (drill seeder)
Mesin tanam benih secara acak dalam lajur, biasanya pada setiap alur tanam, benih dijatah dari hoper oleh suatu silinder bercoak yang digerakkan dengan roda tanah (ground wheel). Jumlah benih per satuan waktu atau laju benih dikontrol melalui lebar bukaan yang dapat diatur. Benih tersebut melewati tabung penyalur benih jatuh secara gravitasi ke lubang tanam yang dibuat oleh pembuka alur, bisa berupa disk atau bentuk lain. Umumnya jarak antar benih berkisar antara 150 – 400 mm. Metoda penutupan benih dapat dilakukan dengan rantai tarik, yang ditempatkan dibelakang pembuka alur (furrow opener). Setelah benih tertutup tanah, maka tanah diatas dan disamping benih tersebut akan diperkeras menggunakan roda tekan. Jenis-jenis pembuka alur dan roda tekan (Daywin, 2008).
Mesin tanam benih secara acak dalam lajur, biasanya pada setiap alur tanam, benih dijatah dari hoper oleh suatu silinder bercoak yang digerakkan dengan roda tanah (ground wheel). Jumlah benih per satuan waktu atau laju benih dikontrol melalui lebar bukaan yang dapat diatur. Benih tersebut melewati tabung penyalur benih jatuh secara gravitasi ke lubang tanam yang dibuat oleh pembuka alur, bisa berupa disk atau bentuk lain. Umumnya jarak antar benih berkisar antara 150 – 400 mm. Metoda penutupan benih dapat dilakukan dengan rantai tarik, yang ditempatkan dibelakang pembuka alur (furrow opener). Setelah benih tertutup tanah, maka tanah diatas dan disamping benih tersebut akan diperkeras menggunakan roda tekan. Jenis-jenis pembuka alur dan roda tekan (Daywin, 2008).
3.
Mesin tanam presisi
dalam lajur (precision seeder)
Mesin tanam presisi (memberikan penempatan yang tepat dari setiap benih pada interval yang sama dalam setiap alur tanam. Jarak antar alur tanam atau sering juga disebut jarak antar barisan, umumnya dibuat cukup lebar untuk keperluan penyiangan. Mesin tanam presisi tersedia dalam bermacam-macam variasi. Dimana sumber tenaga tarik yang digunakan dapat menggunakan orang, hewan, traktor roda-2 maupun trator 4-roda. Secara umum ada 4 bagian utama yang selalu ada dalam alat tanam presisi, yaitu 1) pembuka alur (furrow opener) untuk mengontrol kedalaman tanam, 2) penjatah benih (metering seed) untuk menjaga interval jarak benih dalam alur dapat seragam, 3) penutup alur, untuk menutup alur tanam, dan 4) roda tekan (pressing wheel), untuk memadatkan tanah disekitar benih agar kontak antara benih dan tanah cukup baik (Daywin, 2008).
Mesin tanam presisi (memberikan penempatan yang tepat dari setiap benih pada interval yang sama dalam setiap alur tanam. Jarak antar alur tanam atau sering juga disebut jarak antar barisan, umumnya dibuat cukup lebar untuk keperluan penyiangan. Mesin tanam presisi tersedia dalam bermacam-macam variasi. Dimana sumber tenaga tarik yang digunakan dapat menggunakan orang, hewan, traktor roda-2 maupun trator 4-roda. Secara umum ada 4 bagian utama yang selalu ada dalam alat tanam presisi, yaitu 1) pembuka alur (furrow opener) untuk mengontrol kedalaman tanam, 2) penjatah benih (metering seed) untuk menjaga interval jarak benih dalam alur dapat seragam, 3) penutup alur, untuk menutup alur tanam, dan 4) roda tekan (pressing wheel), untuk memadatkan tanah disekitar benih agar kontak antara benih dan tanah cukup baik (Daywin, 2008).
Dalam alat mesin tanam (seeder) terdapat beberapa bagian pokok
diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Hopper
Hopper merupakan bagian dari komponen mesin
tanam yang berada di atas, yang berfungsi sebagai kotak penampung benih sebelum
disalurkan atau ditanam pada tanah. Hopper mempunyai peranan penting dalam proses berjalannya benih
karena apabila desain hopper tidak bagus maka akan terjadi penumpukan benih
yang akan menghambat proses penanaman.
2.
Seed Matering Device
(SMD)
Seed matering device merupakan bagian dari
alat tanah yang berada pada posisi tengah ataupun bawah yang berfungsi untuk
mengatur pengeluaran benih sehingga benih dapat jatuh dengan jumlah tertentu
dan jarak tertentu sehingga proses penanaman bisa berjalan sesuai dengan aturan
yang berlaku dalam penanaman benih.
3.
Feed Tube
Feed tube berada pada posisi dibawah hopper
yang berfungsi sebagai penyalur pengeluaran benih dari hopper sehingga dapat
masuk/tertanam pas pada lubang tanam yang telah dibuat oleh furrow opener.
Dalam pengalirannya diharapkan benih dapat dialirkan dengan kecepatan yang sama
dan kontinu.
4.
Furrow Opener (Alat Pembuat Alur)
Furrow opener berfungsi sebgai pembuka alur
tanam yang akan dimasuki oleh oleh benih (biji-bijian) sehingga benih dapat cepat
tumbuh terlindung dari panasnya sinar matahari serta binatang penganggu.
5.
Covering Device(alat
penutup alur)
Corvering device berfungsi untuk menutup alur
tanam sehingga tidak terjadi kavitsi lengas (tanah yang kering padat dan cepat
menguap) yang bisa menyebabkabkan benih tidak dapat tumbuh dengan baik/tidak
tumbuh (Daywin, 2008).
2.2 Grain Sedeer
Grain Seeder adalah alat pertanian yang
bertujuan untuk mempermudah pekerjaan manusia, terutama bagi para petani. Grain
Seeder adalah alat pertanian yang berfungsi untuk menanam benih, dengan sistem
semi mekanis. Grain Seeder dapat ditarik dengan tenaga manusia, atau dengan
tenaga hewan, atau dengan traktor. Alat pertanian Grain Seeder dibuat dengan
tujuan agar penanaman benih dapat dilakukan dengan efektif dan efisien,
sehingga meminimalkan kerusakan dan mengoptimalkan hasil (Purwadi, 1999).
Mekanisme
kerja Grain Seeder yaitu pembuka alur tipe piringan ganda (double disk)
membuat alur di lahan yang akan ditanami, kemudian benih dijatuhkan dari bagian
penakar benih tipe inclined disk. Penakar benih berbentuk piringan pipih
yang pada sekeliling tepinya terdapat lubang-lubang berdiameter sama dengan
biji yang akan ditanam. Saat penakar benih berputar, lubang-lubang tersebut
akan terisi biji-bijian yang terdapat di atas piringan penakar benih. Benih
akan jatuh melalui lubang penyalur benih. Piringan penakar benih berputar saat
roda penggerak yang ada di bagian belakang bergerak. Pada sekeliling tepinya
terdapat lubang-lubang berdiameter sama dengan biji yang akan ditanam. Saat
penakar benih berputar, lubang-lubang tersebut akan terisi biji-bijian yang
terdapat di atas piringan penakar benih. Benih akan jatuh melalui lubang
penyalur benih. Piringan penakar benih berputar saat roda penggerak yang ada di
bagian belakang bergerak (Purwadi,
1999).
Keunggulan
dari grain seeder yaitu:
1.
Menanam biji-bijian ( jagung, kedele, kacang
tanah) secara mekanis ditarik traktor roda 2 maupun traktor roda 4.
2.
Menggantikan pekerjaan penanaman secara
manual dengan tenaga orang meliputi penugalan /pembuatan lubang, meletakkan
benih dan menutup benih.
3.
Dapat digandengkan dengan traktor roda 2
maupun traktor roda 4.
4.
Selain itu Alat Tanam ini menggunakan
kontruksi pembuka alur tipe piringan ganda, sehingga dapat bekerja pada lahan
yang kurang bersih, Pengeluaran benih lebih seragam dalam jumlah maupun jarak
tanamnya (missing hill kurangt 5%).
Kekurangan
dari alat grain seeder adalah:
1.
Biaya awal lebih mahal.
2.
Biaya perawatan grain seeder yang mahal (Purwadi, 1999).
2.3. Benih
Benih adalah bahan pertanaman berupa biji yang berasal dari biji yang terpilih. Sedangkan biji yang terpilih adalah biji yang
telah mengalami seleksi ataupemilihan terlebih dahulu. Mutu benih yang dapat
mencapai hasil yang maksimal mencakup mutu genetis, mutu fisik,
mutu fisiologis.Sedangkan viabilitas benih dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan selama pembentukan benih.
Kerusakan mekanik akibat pengolahan, serangan mikroorganiisme, serta umur
dan kemunduran benih (Soedianto, dkk. 1982).
Beberapa sifat fisik benih yang mempengaruhi
penggunaan mesin penanam
adalah sebagai berikut :
adalah sebagai berikut :
1.
Ukuran
2.
Bentuk
3.
Keseragaman Bentuk Dan Ukuran
4.
Jumlah Persatuan Volume
5.
Ketahanan Terhadap Tekanan Dan Gesekan (Soedianto, dkk. 1982).
2.4
Proses Penanaman
Menanam merupakan proses
pertama dalam membudidyakan tanaman dan penanaman merupakan usaha penempatan
benih atau biji didalam tanah padakedalaman tertentu atau menyebarkan benih
diatas permukaan tanah atau menanam tanah didalam tanah dan dalam penanaman
benih dapat dilakukan dengan menggunakan tangan saja, dengan bantuan alat-alat
sederhana atau dengan bantuan mesin-mesin pertanian. Dalam penanaman diperlukan alat bantu tanam. Untuk penanaman
konvesional sebagai alat bantu adalah tugal, dan tali jarak tanam, serta ajir.
Untuk alat tanam yang modern menggunakan mesin tanam. Namun telah ada alat
tanam yang semi mekanis yaitu berupa ”seed-drill”. Penanaman dengan alat
konvensional waktu yang dibutuhkan relatif lebih lama dan efektif dilakukan
pada lahan-lahan yang sempit dan berteras (Soedianto, dkk. 1982).
III . METODOLOGI
3.1
Waktu dan Tempat
Adapun praktikum tersebut dilaksanakan pada
hari Rabu, tanggal 29 April 2015, pukul 08.00 WIB. di Laboratorium Daya Alat
Dan Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung.
3.2
Alat dan Bahan
Adapun alat yang dibutuhkan pada praktikum ini
adalah Grain seeder dan meteran.
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum
ini adalah benih jagung, benih kacang hijau, tanah, alat tulis, dan kamera.
3.3
Metodologi

IV . HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Benih yang digunakan pada praktikum ini yaitu
biji jagung.
Lebar lahan 83cm.
Panjang Lahan 300cm.
Kedalaman tanah 6 cm.
Lebar jarak tanam 25cm.
Adapun hasil yang diperoleh jagung A (penanaman
awal)
No.
|
Jarak jatuh biji (cm)
|
Jumlah biji yang jatuh (butir)
|
1
|
31
|
1
|
2.
|
37
|
2
|
3.
|
31
|
2
|
Rata-rata jagung A = Total biji yang jatuh
= 1 + 2 + 2 = 1,67
3 3
Adapun hasil yang diperoleh jagung B
(penanaman akhir)
No.
|
Jarak jatuh biji (cm)
|
Jumlah biji yang jatuh (butir)
|
1
|
40
|
2
|
2.
|
45
|
3
|
3.
|
44
|
2
|
Rata-rata jagung B = Total biji yang jatuh
= 2 + 3 + 2 = 2,33
3 3
4.2
Pembahasan
A.
Prosedur Kerja
Prosedur dan cara kerja yang telah dilakukan yaitu pertama siapkan lahan dengan
tanah yang telah dibawa oleh masing-masuing kelompok. Masukkan benih jagung ke
dalam wadah pada Grain seeder,
kemudian ditarik oleh 2 orang dri tiap kelompok dengan arah lurus ke depan,
kemudian roda depan atau pembuka alur pada grain seeder, bergerak kedepan dan
tanah diangkat ke atas sehingga tanah tebuka dan siap untuk dimasukan benih,
setelah itu benih yang ada pada hopper
akan jatuh ke dalam piringan 1 kemudian keluar melalui piringan 2 dan jatuh ke
dalam selang, benih yang melalui selang kemudian jatuh kedalam tanah, lalu
dihitung jumlah biji yang jatuh dan dihitung jarak jatuh biji selanjutnya, kemudian
roda kecil yang ada pada grain seeder akan menutup benih dengan tanah, sehingga
tertutup dan berada di dalam tanah, setelah tanah tertutup maka roda paling
belakang akan meratakan tanah yang sebelumnya telah tertutup.
B. Kalibrasi
Ada sedikit
jenis peralatan untuk menerapkan pupuk butiran atau pestisida daripada ada
untuk menerapkan cairan. Penyebar Granular digunakan untuk menerapkan pupuk
granular dan pestisida granular, seperti fungisida, herbisida, dan insektisida,
dan untuk pembibitan siaran dan overseeding dari turfgrass. Ada beberapa
kerugian untuk menggunakan peralatan aplikasi granular. Misalnya, volume
pembawa tidak dapat disesuaikan karena dapat dalam aplikasi cair, karena itu,
kalibrasi individu diperlukan untuk setiap produk granular, dan produk yang sebenarnya
harus digunakan selama kalibrasi (Ciptohadijoyo, 2008).
Selain itu,
produk lebih sedikit tersedia dalam bentuk granular dibandingkan dalam bentuk
cair, dan beberapa produk granular, terutama herbisida postemergence, bisa
kurang efektif daripada rekan-rekan mereka cair. Terlepas dari kekurangan ini,
biasanya banyak menggunakan produk granular karena aplikasi granular memang
memiliki beberapa keunggulan dibandingkan aplikasi cair. Satu keuntungan adalah
paparan kurang untuk produk selama penanganan, pencampuran, dan aplikasi (Ciptohadijoyo,
2008).
Metode untuk
kalibrasi peralatan aplikasi granular agak mirip dengan aplikasi untuk
peralatan cair kecuali untuk beberapa perbedaan halus. Misalnya, pestisida dan
pupuk granular diformulasikan dengan pembawa inert, sehingga konsentrasi yang
tetap dan tidak dapat disesuaikan. Hal ini memerlukan kalibrasi yang dilakukan
untuk setiap produk granular yang berbeda digunakan dan bahwa pupuk aktual atau
butiran pestisida digunakan selama kalibrasi. Setiap produk granular memiliki
penyebar menyarankan pengaturan untuk merek tertentu penyebar, namun,
pengaturan ini hanya untuk digunakan sebagai titik awal! Penyebar tetap harus
dikalibrasi sebelum setiap aplikasi. Salah satu alasan untuk ini adalah bahwa
kelembaban relatif dapat mempengaruhi penyebaran produk granular.Oleh karena
itu, dianjurkan bahwa kalibrasi diulang dalam kondisi kelembaban relatif mirip
dengan kondisi yang diharapkan atau hadir selama aplikasi (Ciptohadijoyo,
2008).
V . KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum
ini adalah:
1.
Grain seeder adalah alat pertanian yang berfungsi untuk
menebar benih yang berupa butiran.
2.
Penanaman
adalah proses lanjutan dari pengolahan tanah, dan tidak kalah penting dari
pengolahan tanah.
3.
Bagian-bagian
dari grain seeder adalah: pembuka alur tipe double disk, pengumpan (hopper),
matering benih, roda penggerak, dan rangka.
4.
Dari
hasil yang diperoleh pada praktikum ini yaitu rata-rata jagung A adalah 1,67
dan rata-rata jagung B adalah 2,33.
5.
Benih
yang digunakan biji jagung, dengan lebar lahan 83cm, panjang lahan 300cm, kedalaman
tanah 6 cm, dan lebar jarak tanam 25cm.
DAFTAR PUSTAKA
Ciptohadijoyo,
Sunarto dan Bambang Purwantana. 1991. Alat
dan Mesin Pertanian II. Jurusan Mekanisasi Pertanian. Fakultas Teknologi
Pertanian. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Daywin, F. J., et al.2008. Mesin-mesin
Budidaya Pertanian di Lahan Kering. Yogyakarta: Creata LPPM.
Purwadi, T., 1999, Mesin dan Peralatan, Jogjakarta: Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Gadjah Mada.
Soedianto, dkk. 1982. Bercocok Tanam Jilid I. Jakarta: CV Yasaguna.
LAMPIRAN


A. Gambar
Lahan yang akan
B. Gambar proses meratakan
ditanam tanah


C. Gambar
proses memasukkan D. Gambar
pengukuran jarak
benih
jagung awal
pengoprasian Grain seeder


E.
Gambar pengukuran jarak G.
Gambar pengukuran jarak
jatuhnya
biji jagung tanam
Fanya Alfacia Arafat
1314071022

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
I . PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penanaman merupakan usaha penempatan biji atau benih
di dalam tanah pada kedalaman tertentu atau menyebarkan biji di atas permukaan
tanah atau menanamkan di dalam tanah untuk memperoleh perkecambahan dan tegakan
yang baik. Selain membutuhkan pekerja yang cukup juga teknik penanaman akan
menentukan keberhasilan budidaya. Proses penanaman memerlukan tanaga kerja
sekitar 20% dari keseluruhan proses budidaya tanaman. Hal ini menunjukan
sangatlah diperlukan alat tanam mekanis mengingat semakin sedikitnya tenaga
yang tersedia dalam bidang pertanian (Soedianto, dkk.
1982).
Proses penanaman benih dengan menggunakan alat tanam,
maka mekanisme kerja alat akan mempengaruhi penempatan benih di dalam tanah. Oleh
karena itu, dengan adanya alat tanam padi dan alat tanam biji-bijian akan
membantu para petani untuk lebih efisien dalam usaha tani tanaman budidaya
untuk kebutuhan pangan manusia dihasilkan dan disiapkan dengan menggunakan
tenaga otot-otot manusia. Kemudian tenaga otot hewani digunakan untuk
meringankan tenaga otot manusia. Dengan ditemukannya besi, diciptakan perkakas
yang selanjutnya mengurangi tenaga otot manusia. Yang disebut dengan mesin
peralatan pertanian.
Petani yang memiliki lahan cukup luas seringkali menghadapi hambatan dalam
setiap kegiatan budidaya karena keterbatasan
sumberdaya terutama tenaga kerja di bidang pertanian serta didukung dengan
masih rendahnya tingkat produktivitas tenaga kerja pertanian tersebut. Hal ini
karena hampir sebagian besar tenaga kerja pertanian saat ini sudah memasuki
usia non produktif sementara generasi muda lebih banyak terjun di sektor lain
baik industri maupun sektor informal sebagai akibat dari rendahnya minat mereka
untuk terjun langsung ke lahan pertanian, apalagi dengan sistem pertanian
tradisional. Oleh karenanya keberadaan mesin pertanian dapat meningkatkan
produktifitas dan efektifitas kerja.
Seiring dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang pertanian sekarang ini telah dikembangkan berbagi jenis mesin penanam yang dimaksudkan untuk membantu petani dalam memudahkan proses penanaman sehingga dapat menghasilkan kinerja efektif dan efisien dengan keuntungan yang lebih besar (Soedianto, dkk. 1982).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan diadakannya praktikum ini
adalah:
1.
Mahasiswa
mengetahui cara mengoprasikan Grain
Seeder.
2.
Mahasiswa
mengetahui proses penanaman benih menggunakan Grain Seeder.
3.
Mahasiswa
memahami jarak tanam benih menggunakan Grain
seeder.
II . TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Seeder
Alat penanam (seeder) berfungsi untuk meletakkan benih
yang akan ditanam pada kedalaman dan jumlah tertentu dengan keseragaman yang
relatif tinggi. Sebagian besar alat penanam dilengkapi dengan alat penutup
tanah. Bila benih dengan menggunakan alat tanam, maka mekanisme kerja alat akan
mempengaruhi penempatan benih di dalam tanam, yaitu berpengaruh pada kedalaman
tanam, jumlah benih tiap lubang, jarak antar lubang dalam baris, dan jarak
antar baris. Di samping itu ada kemungkinan kerusakan benih dalam proses aliran
benih dalam alat tanam. Benih tanaman yang berupa biji-bijian ada
bermacam-macam, seperti kacang tanah, jagung, kedelai, kacang hijau,dll, yang
masing-masing memiki bentuk, ukuran, kekuatan agronomis yang berbeda-beda.
Untuk itu diperlukan alat tanam yang memiliki kekuatan tanam yang berbeda pula.
Beberapa sifat fisis benih yang mempengaruhi alat tanam, yaitu ukuran, bentuk,
keseragaman bentuk dan ukuran, density per satuan volume, dan tekanan terhadap
tekanan dan gesekan (Daywin, 2008).
Penebaran benih dan pola pertanaman dengan alat
penanam (seeder) ini dapat digolongkan menjadi 5 macam diantaranya
a.
Broadcasting (benih
disebar pada permukaan tanah).
b.
Drill seedling (benih
dijatuhkan secara random dan diletakkan pada kedalaman tertentu dalam alur
sehingga diperoleh jalur tanaman tertentu).
c.
Pesicion drilling
(benih ditanam secara tunggal dengan interval yang sama dengan alur).
d.
Hill dropping
(kelompok benih dijatuhkan secara random dengan interval yang hampir sama dengan
alur).
e.
Chezktow planting
(benih diletakkan pada tempat tertentu sehingga diperoleh lajur tanaman dengan
dua arah yang sama). (Daywin, 2008).
Mesin atau peralatan yang digunakan sebagai penanaman
benih adalah sebagai berikut :
1.
Mesin tanam sebar
(broadcast seeder)
Pada alat ini penjatahan benih dari hoper melalui satu lubang variabel (variable orifice). Suatu agitator ditempatkan diatas lubang variabel tersebut untuk mencegah macet karena benih-benih saling mengunci (seed bridging), juga agar aliran benih dapat kontinyu. Kadang-kadang suatu roda bercoak (fluted wheel) digunakan sebagai penjatah benih. Benih hasil penjatahan ini kemudian dijatuhkan pada piringan yang berputar. Karena bentuk dari piringan ini, benih tersebut akan dipercepat dan dilempar mendatar karena adanya gaya sentrifugal. Lebar sebaran tergantung pada diameter piringan, bentuk penghalang, dan desitas dari benih. Dua buah disk berputar dengan arah putaran yang berlawanan (counter disk spinning) dapat dipergunakan agar jangkauan sebaran lebih lebar. Laju benih dikontrol dari ukuran bukaan, kecepatan maju traktor, lebar sebaran. Centrifugal spreader merupakan alat yang cukup fleksibel karena dapat dipergunakan untuk menyebar benih, pupuk, pestisida dan material lain yang berupa butiran. Setelah operasi tanam sebar kemudian dilakukan operasi pengolahan tanah kedua untuk menutup benih dengan tanah (Daywin, 2008).
Pada alat ini penjatahan benih dari hoper melalui satu lubang variabel (variable orifice). Suatu agitator ditempatkan diatas lubang variabel tersebut untuk mencegah macet karena benih-benih saling mengunci (seed bridging), juga agar aliran benih dapat kontinyu. Kadang-kadang suatu roda bercoak (fluted wheel) digunakan sebagai penjatah benih. Benih hasil penjatahan ini kemudian dijatuhkan pada piringan yang berputar. Karena bentuk dari piringan ini, benih tersebut akan dipercepat dan dilempar mendatar karena adanya gaya sentrifugal. Lebar sebaran tergantung pada diameter piringan, bentuk penghalang, dan desitas dari benih. Dua buah disk berputar dengan arah putaran yang berlawanan (counter disk spinning) dapat dipergunakan agar jangkauan sebaran lebih lebar. Laju benih dikontrol dari ukuran bukaan, kecepatan maju traktor, lebar sebaran. Centrifugal spreader merupakan alat yang cukup fleksibel karena dapat dipergunakan untuk menyebar benih, pupuk, pestisida dan material lain yang berupa butiran. Setelah operasi tanam sebar kemudian dilakukan operasi pengolahan tanah kedua untuk menutup benih dengan tanah (Daywin, 2008).
2.
Mesin tanam acak
dalam lajur (drill seeder)
Mesin tanam benih secara acak dalam lajur, biasanya pada setiap alur tanam, benih dijatah dari hoper oleh suatu silinder bercoak yang digerakkan dengan roda tanah (ground wheel). Jumlah benih per satuan waktu atau laju benih dikontrol melalui lebar bukaan yang dapat diatur. Benih tersebut melewati tabung penyalur benih jatuh secara gravitasi ke lubang tanam yang dibuat oleh pembuka alur, bisa berupa disk atau bentuk lain. Umumnya jarak antar benih berkisar antara 150 – 400 mm. Metoda penutupan benih dapat dilakukan dengan rantai tarik, yang ditempatkan dibelakang pembuka alur (furrow opener). Setelah benih tertutup tanah, maka tanah diatas dan disamping benih tersebut akan diperkeras menggunakan roda tekan. Jenis-jenis pembuka alur dan roda tekan (Daywin, 2008).
Mesin tanam benih secara acak dalam lajur, biasanya pada setiap alur tanam, benih dijatah dari hoper oleh suatu silinder bercoak yang digerakkan dengan roda tanah (ground wheel). Jumlah benih per satuan waktu atau laju benih dikontrol melalui lebar bukaan yang dapat diatur. Benih tersebut melewati tabung penyalur benih jatuh secara gravitasi ke lubang tanam yang dibuat oleh pembuka alur, bisa berupa disk atau bentuk lain. Umumnya jarak antar benih berkisar antara 150 – 400 mm. Metoda penutupan benih dapat dilakukan dengan rantai tarik, yang ditempatkan dibelakang pembuka alur (furrow opener). Setelah benih tertutup tanah, maka tanah diatas dan disamping benih tersebut akan diperkeras menggunakan roda tekan. Jenis-jenis pembuka alur dan roda tekan (Daywin, 2008).
3.
Mesin tanam presisi
dalam lajur (precision seeder)
Mesin tanam presisi (memberikan penempatan yang tepat dari setiap benih pada interval yang sama dalam setiap alur tanam. Jarak antar alur tanam atau sering juga disebut jarak antar barisan, umumnya dibuat cukup lebar untuk keperluan penyiangan. Mesin tanam presisi tersedia dalam bermacam-macam variasi. Dimana sumber tenaga tarik yang digunakan dapat menggunakan orang, hewan, traktor roda-2 maupun trator 4-roda. Secara umum ada 4 bagian utama yang selalu ada dalam alat tanam presisi, yaitu 1) pembuka alur (furrow opener) untuk mengontrol kedalaman tanam, 2) penjatah benih (metering seed) untuk menjaga interval jarak benih dalam alur dapat seragam, 3) penutup alur, untuk menutup alur tanam, dan 4) roda tekan (pressing wheel), untuk memadatkan tanah disekitar benih agar kontak antara benih dan tanah cukup baik (Daywin, 2008).
Mesin tanam presisi (memberikan penempatan yang tepat dari setiap benih pada interval yang sama dalam setiap alur tanam. Jarak antar alur tanam atau sering juga disebut jarak antar barisan, umumnya dibuat cukup lebar untuk keperluan penyiangan. Mesin tanam presisi tersedia dalam bermacam-macam variasi. Dimana sumber tenaga tarik yang digunakan dapat menggunakan orang, hewan, traktor roda-2 maupun trator 4-roda. Secara umum ada 4 bagian utama yang selalu ada dalam alat tanam presisi, yaitu 1) pembuka alur (furrow opener) untuk mengontrol kedalaman tanam, 2) penjatah benih (metering seed) untuk menjaga interval jarak benih dalam alur dapat seragam, 3) penutup alur, untuk menutup alur tanam, dan 4) roda tekan (pressing wheel), untuk memadatkan tanah disekitar benih agar kontak antara benih dan tanah cukup baik (Daywin, 2008).
Dalam alat mesin tanam (seeder) terdapat beberapa bagian pokok
diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Hopper
Hopper merupakan bagian dari komponen mesin
tanam yang berada di atas, yang berfungsi sebagai kotak penampung benih sebelum
disalurkan atau ditanam pada tanah. Hopper mempunyai peranan penting dalam proses berjalannya benih
karena apabila desain hopper tidak bagus maka akan terjadi penumpukan benih
yang akan menghambat proses penanaman.
2.
Seed Matering Device
(SMD)
Seed matering device merupakan bagian dari
alat tanah yang berada pada posisi tengah ataupun bawah yang berfungsi untuk
mengatur pengeluaran benih sehingga benih dapat jatuh dengan jumlah tertentu
dan jarak tertentu sehingga proses penanaman bisa berjalan sesuai dengan aturan
yang berlaku dalam penanaman benih.
3.
Feed Tube
Feed tube berada pada posisi dibawah hopper
yang berfungsi sebagai penyalur pengeluaran benih dari hopper sehingga dapat
masuk/tertanam pas pada lubang tanam yang telah dibuat oleh furrow opener.
Dalam pengalirannya diharapkan benih dapat dialirkan dengan kecepatan yang sama
dan kontinu.
4.
Furrow Opener (Alat Pembuat Alur)
Furrow opener berfungsi sebgai pembuka alur
tanam yang akan dimasuki oleh oleh benih (biji-bijian) sehingga benih dapat cepat
tumbuh terlindung dari panasnya sinar matahari serta binatang penganggu.
5.
Covering Device(alat
penutup alur)
Corvering device berfungsi untuk menutup alur
tanam sehingga tidak terjadi kavitsi lengas (tanah yang kering padat dan cepat
menguap) yang bisa menyebabkabkan benih tidak dapat tumbuh dengan baik/tidak
tumbuh (Daywin, 2008).
2.2 Grain Sedeer
Grain Seeder adalah alat pertanian yang
bertujuan untuk mempermudah pekerjaan manusia, terutama bagi para petani. Grain
Seeder adalah alat pertanian yang berfungsi untuk menanam benih, dengan sistem
semi mekanis. Grain Seeder dapat ditarik dengan tenaga manusia, atau dengan
tenaga hewan, atau dengan traktor. Alat pertanian Grain Seeder dibuat dengan
tujuan agar penanaman benih dapat dilakukan dengan efektif dan efisien,
sehingga meminimalkan kerusakan dan mengoptimalkan hasil (Purwadi, 1999).
Mekanisme
kerja Grain Seeder yaitu pembuka alur tipe piringan ganda (double disk)
membuat alur di lahan yang akan ditanami, kemudian benih dijatuhkan dari bagian
penakar benih tipe inclined disk. Penakar benih berbentuk piringan pipih
yang pada sekeliling tepinya terdapat lubang-lubang berdiameter sama dengan
biji yang akan ditanam. Saat penakar benih berputar, lubang-lubang tersebut
akan terisi biji-bijian yang terdapat di atas piringan penakar benih. Benih
akan jatuh melalui lubang penyalur benih. Piringan penakar benih berputar saat
roda penggerak yang ada di bagian belakang bergerak. Pada sekeliling tepinya
terdapat lubang-lubang berdiameter sama dengan biji yang akan ditanam. Saat
penakar benih berputar, lubang-lubang tersebut akan terisi biji-bijian yang
terdapat di atas piringan penakar benih. Benih akan jatuh melalui lubang
penyalur benih. Piringan penakar benih berputar saat roda penggerak yang ada di
bagian belakang bergerak (Purwadi,
1999).
Keunggulan
dari grain seeder yaitu:
1.
Menanam biji-bijian ( jagung, kedele, kacang
tanah) secara mekanis ditarik traktor roda 2 maupun traktor roda 4.
2.
Menggantikan pekerjaan penanaman secara
manual dengan tenaga orang meliputi penugalan /pembuatan lubang, meletakkan
benih dan menutup benih.
3.
Dapat digandengkan dengan traktor roda 2
maupun traktor roda 4.
4.
Selain itu Alat Tanam ini menggunakan
kontruksi pembuka alur tipe piringan ganda, sehingga dapat bekerja pada lahan
yang kurang bersih, Pengeluaran benih lebih seragam dalam jumlah maupun jarak
tanamnya (missing hill kurangt 5%).
Kekurangan
dari alat grain seeder adalah:
1.
Biaya awal lebih mahal.
2.
Biaya perawatan grain seeder yang mahal (Purwadi, 1999).
2.3. Benih
Benih adalah bahan pertanaman berupa biji yang berasal dari biji yang terpilih. Sedangkan biji yang terpilih adalah biji yang
telah mengalami seleksi ataupemilihan terlebih dahulu. Mutu benih yang dapat
mencapai hasil yang maksimal mencakup mutu genetis, mutu fisik,
mutu fisiologis.Sedangkan viabilitas benih dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan selama pembentukan benih.
Kerusakan mekanik akibat pengolahan, serangan mikroorganiisme, serta umur
dan kemunduran benih (Soedianto, dkk. 1982).
Beberapa sifat fisik benih yang mempengaruhi
penggunaan mesin penanam
adalah sebagai berikut :
adalah sebagai berikut :
1.
Ukuran
2.
Bentuk
3.
Keseragaman Bentuk Dan Ukuran
4.
Jumlah Persatuan Volume
5.
Ketahanan Terhadap Tekanan Dan Gesekan (Soedianto, dkk. 1982).
2.4
Proses Penanaman
Menanam merupakan proses
pertama dalam membudidyakan tanaman dan penanaman merupakan usaha penempatan
benih atau biji didalam tanah padakedalaman tertentu atau menyebarkan benih
diatas permukaan tanah atau menanam tanah didalam tanah dan dalam penanaman
benih dapat dilakukan dengan menggunakan tangan saja, dengan bantuan alat-alat
sederhana atau dengan bantuan mesin-mesin pertanian. Dalam penanaman diperlukan alat bantu tanam. Untuk penanaman
konvesional sebagai alat bantu adalah tugal, dan tali jarak tanam, serta ajir.
Untuk alat tanam yang modern menggunakan mesin tanam. Namun telah ada alat
tanam yang semi mekanis yaitu berupa ”seed-drill”. Penanaman dengan alat
konvensional waktu yang dibutuhkan relatif lebih lama dan efektif dilakukan
pada lahan-lahan yang sempit dan berteras (Soedianto, dkk. 1982).
III . METODOLOGI
3.1
Waktu dan Tempat
Adapun praktikum tersebut dilaksanakan pada
hari Rabu, tanggal 29 April 2015, pukul 08.00 WIB. di Laboratorium Daya Alat
Dan Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung.
3.2
Alat dan Bahan
Adapun alat yang dibutuhkan pada praktikum ini
adalah Grain seeder dan meteran.
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum
ini adalah benih jagung, benih kacang hijau, tanah, alat tulis, dan kamera.
3.3
Metodologi

IV . HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Benih yang digunakan pada praktikum ini yaitu
biji jagung.
Lebar lahan 83cm.
Panjang Lahan 300cm.
Kedalaman tanah 6 cm.
Lebar jarak tanam 25cm.
Adapun hasil yang diperoleh jagung A (penanaman
awal)
No.
|
Jarak jatuh biji (cm)
|
Jumlah biji yang jatuh (butir)
|
1
|
31
|
1
|
2.
|
37
|
2
|
3.
|
31
|
2
|
Rata-rata jagung A = Total biji yang jatuh
= 1 + 2 + 2 = 1,67
3 3
Adapun hasil yang diperoleh jagung B
(penanaman akhir)
No.
|
Jarak jatuh biji (cm)
|
Jumlah biji yang jatuh (butir)
|
1
|
40
|
2
|
2.
|
45
|
3
|
3.
|
44
|
2
|
Rata-rata jagung B = Total biji yang jatuh
= 2 + 3 + 2 = 2,33
3 3
4.2
Pembahasan
A.
Prosedur Kerja
Prosedur dan cara kerja yang telah dilakukan yaitu pertama siapkan lahan dengan
tanah yang telah dibawa oleh masing-masuing kelompok. Masukkan benih jagung ke
dalam wadah pada Grain seeder,
kemudian ditarik oleh 2 orang dri tiap kelompok dengan arah lurus ke depan,
kemudian roda depan atau pembuka alur pada grain seeder, bergerak kedepan dan
tanah diangkat ke atas sehingga tanah tebuka dan siap untuk dimasukan benih,
setelah itu benih yang ada pada hopper
akan jatuh ke dalam piringan 1 kemudian keluar melalui piringan 2 dan jatuh ke
dalam selang, benih yang melalui selang kemudian jatuh kedalam tanah, lalu
dihitung jumlah biji yang jatuh dan dihitung jarak jatuh biji selanjutnya, kemudian
roda kecil yang ada pada grain seeder akan menutup benih dengan tanah, sehingga
tertutup dan berada di dalam tanah, setelah tanah tertutup maka roda paling
belakang akan meratakan tanah yang sebelumnya telah tertutup.
B. Kalibrasi
Ada sedikit
jenis peralatan untuk menerapkan pupuk butiran atau pestisida daripada ada
untuk menerapkan cairan. Penyebar Granular digunakan untuk menerapkan pupuk
granular dan pestisida granular, seperti fungisida, herbisida, dan insektisida,
dan untuk pembibitan siaran dan overseeding dari turfgrass. Ada beberapa
kerugian untuk menggunakan peralatan aplikasi granular. Misalnya, volume
pembawa tidak dapat disesuaikan karena dapat dalam aplikasi cair, karena itu,
kalibrasi individu diperlukan untuk setiap produk granular, dan produk yang sebenarnya
harus digunakan selama kalibrasi (Ciptohadijoyo, 2008).
Selain itu,
produk lebih sedikit tersedia dalam bentuk granular dibandingkan dalam bentuk
cair, dan beberapa produk granular, terutama herbisida postemergence, bisa
kurang efektif daripada rekan-rekan mereka cair. Terlepas dari kekurangan ini,
biasanya banyak menggunakan produk granular karena aplikasi granular memang
memiliki beberapa keunggulan dibandingkan aplikasi cair. Satu keuntungan adalah
paparan kurang untuk produk selama penanganan, pencampuran, dan aplikasi (Ciptohadijoyo,
2008).
Metode untuk
kalibrasi peralatan aplikasi granular agak mirip dengan aplikasi untuk
peralatan cair kecuali untuk beberapa perbedaan halus. Misalnya, pestisida dan
pupuk granular diformulasikan dengan pembawa inert, sehingga konsentrasi yang
tetap dan tidak dapat disesuaikan. Hal ini memerlukan kalibrasi yang dilakukan
untuk setiap produk granular yang berbeda digunakan dan bahwa pupuk aktual atau
butiran pestisida digunakan selama kalibrasi. Setiap produk granular memiliki
penyebar menyarankan pengaturan untuk merek tertentu penyebar, namun,
pengaturan ini hanya untuk digunakan sebagai titik awal! Penyebar tetap harus
dikalibrasi sebelum setiap aplikasi. Salah satu alasan untuk ini adalah bahwa
kelembaban relatif dapat mempengaruhi penyebaran produk granular.Oleh karena
itu, dianjurkan bahwa kalibrasi diulang dalam kondisi kelembaban relatif mirip
dengan kondisi yang diharapkan atau hadir selama aplikasi (Ciptohadijoyo,
2008).
V . KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum
ini adalah:
1.
Grain seeder adalah alat pertanian yang berfungsi untuk
menebar benih yang berupa butiran.
2.
Penanaman
adalah proses lanjutan dari pengolahan tanah, dan tidak kalah penting dari
pengolahan tanah.
3.
Bagian-bagian
dari grain seeder adalah: pembuka alur tipe double disk, pengumpan (hopper),
matering benih, roda penggerak, dan rangka.
4.
Dari
hasil yang diperoleh pada praktikum ini yaitu rata-rata jagung A adalah 1,67
dan rata-rata jagung B adalah 2,33.
5.
Benih
yang digunakan biji jagung, dengan lebar lahan 83cm, panjang lahan 300cm, kedalaman
tanah 6 cm, dan lebar jarak tanam 25cm.
DAFTAR PUSTAKA
Ciptohadijoyo,
Sunarto dan Bambang Purwantana. 1991. Alat
dan Mesin Pertanian II. Jurusan Mekanisasi Pertanian. Fakultas Teknologi
Pertanian. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Daywin, F. J., et al.2008. Mesin-mesin
Budidaya Pertanian di Lahan Kering. Yogyakarta: Creata LPPM.
Purwadi, T., 1999, Mesin dan Peralatan, Jogjakarta: Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Gadjah Mada.
Soedianto, dkk. 1982. Bercocok Tanam Jilid I. Jakarta: CV Yasaguna.
LAMPIRAN


A. Gambar
Lahan yang akan
B. Gambar proses meratakan
ditanam tanah


C. Gambar
proses memasukkan D. Gambar
pengukuran jarak
benih
jagung awal
pengoprasian Grain seeder


E.
Gambar pengukuran jarak G.
Gambar pengukuran jarak
jatuhnya
biji jagung tanam
Comments
Post a Comment