PENGOPRASIAN GRAIN SEEDER





PENGOPRASIAN GRAIN SEEDER
(Laporan Praktikum Alat Dan Mesin Pertanian)



Oleh:


PENGOPRASIAN GRAIN SEEDER
(Laporan Praktikum Alat Dan Mesin Pertanian)



Oleh:


Fanya Alfacia Arafat
1314071022






JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
I . PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang

Penanaman merupakan usaha penempatan biji atau benih di dalam tanah pada kedalaman tertentu atau menyebarkan biji di atas permukaan tanah atau menanamkan di dalam tanah untuk memperoleh perkecambahan dan tegakan yang baik. Selain membutuhkan pekerja yang cukup juga teknik penanaman akan menentukan keberhasilan budidaya. Proses penanaman memerlukan tanaga kerja sekitar 20% dari keseluruhan proses budidaya tanaman. Hal ini menunjukan sangatlah diperlukan alat tanam mekanis mengingat semakin sedikitnya tenaga yang tersedia dalam bidang pertanian (Soedianto, dkk. 1982).

Proses penanaman benih dengan menggunakan alat tanam, maka mekanisme kerja alat akan mempengaruhi penempatan benih di dalam tanah. Oleh karena itu, dengan adanya alat tanam padi dan alat tanam biji-bijian akan membantu para petani untuk lebih efisien dalam usaha tani tanaman budidaya untuk kebutuhan pangan manusia dihasilkan dan disiapkan dengan menggunakan tenaga otot-otot manusia. Kemudian tenaga otot hewani digunakan untuk meringankan tenaga otot manusia. Dengan ditemukannya besi, diciptakan perkakas yang selanjutnya mengurangi tenaga otot manusia. Yang disebut dengan mesin peralatan pertanian.

Petani yang memiliki lahan cukup luas seringkali menghadapi hambatan dalam


setiap kegiatan budidaya karena keterbatasan sumberdaya terutama tenaga kerja di bidang pertanian serta didukung dengan masih rendahnya tingkat produktivitas tenaga kerja pertanian tersebut. Hal ini karena hampir sebagian besar tenaga kerja pertanian saat ini sudah memasuki usia non produktif sementara generasi muda lebih banyak terjun di sektor lain baik industri maupun sektor informal sebagai akibat dari rendahnya minat mereka untuk terjun langsung ke lahan pertanian, apalagi dengan sistem pertanian tradisional. Oleh karenanya keberadaan mesin pertanian dapat meningkatkan produktifitas dan efektifitas kerja.

Seiring dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang pertanian sekarang ini telah dikembangkan berbagi jenis mesin penanam yang dimaksudkan untuk membantu petani dalam memudahkan proses penanaman sehingga dapat menghasilkan kinerja efektif dan efisien dengan keuntungan yang lebih besar
(Soedianto, dkk. 1982).


1.2 Tujuan

Adapun tujuan diadakannya praktikum ini adalah:
1.        Mahasiswa mengetahui cara mengoprasikan Grain Seeder.
2.        Mahasiswa mengetahui proses penanaman benih menggunakan Grain Seeder.
3.        Mahasiswa memahami jarak tanam benih menggunakan Grain seeder.


II . TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Seeder

Alat penanam (seeder) berfungsi untuk meletakkan benih yang akan ditanam pada kedalaman dan jumlah tertentu dengan keseragaman yang relatif tinggi. Sebagian besar alat penanam dilengkapi dengan alat penutup tanah. Bila benih dengan menggunakan alat tanam, maka mekanisme kerja alat akan mempengaruhi penempatan benih di dalam tanam, yaitu berpengaruh pada kedalaman tanam, jumlah benih tiap lubang, jarak antar lubang dalam baris, dan jarak antar baris. Di samping itu ada kemungkinan kerusakan benih dalam proses aliran benih dalam alat tanam. Benih tanaman yang berupa biji-bijian ada bermacam-macam, seperti kacang tanah, jagung, kedelai, kacang hijau,dll, yang masing-masing memiki bentuk, ukuran, kekuatan agronomis yang berbeda-beda. Untuk itu diperlukan alat tanam yang memiliki kekuatan tanam yang berbeda pula. Beberapa sifat fisis benih yang mempengaruhi alat tanam, yaitu ukuran, bentuk, keseragaman bentuk dan ukuran, density per satuan volume, dan tekanan terhadap tekanan dan gesekan (Daywin, 2008).

Penebaran benih dan pola pertanaman dengan alat penanam (seeder) ini dapat digolongkan menjadi 5 macam diantaranya
a.         Broadcasting (benih disebar pada permukaan tanah).
b.        Drill seedling (benih dijatuhkan secara random dan diletakkan pada kedalaman tertentu dalam alur sehingga diperoleh jalur tanaman tertentu).
c.         Pesicion drilling (benih ditanam secara tunggal dengan interval yang sama dengan alur).


d.        Hill dropping (kelompok benih dijatuhkan secara random dengan interval yang hampir sama dengan alur).
e.         Chezktow planting (benih diletakkan pada tempat tertentu sehingga diperoleh lajur tanaman dengan dua arah yang sama). (Daywin, 2008).

Mesin atau peralatan yang digunakan sebagai penanaman benih adalah sebagai berikut :
1.        Mesin tanam sebar (broadcast seeder)
Pada alat ini penjatahan benih dari hoper melalui satu lubang variabel (variable orifice). Suatu agitator ditempatkan diatas lubang variabel tersebut untuk mencegah macet karena benih-benih saling mengunci (seed bridging), juga agar aliran benih dapat kontinyu. Kadang-kadang suatu roda bercoak (fluted wheel) digunakan sebagai penjatah benih. Benih hasil penjatahan ini kemudian dijatuhkan pada piringan yang berputar. Karena bentuk dari piringan ini, benih tersebut akan dipercepat dan dilempar mendatar karena adanya gaya sentrifugal. Lebar sebaran tergantung pada diameter piringan, bentuk penghalang, dan desitas dari benih. Dua buah disk berputar dengan arah putaran yang berlawanan (counter disk spinning) dapat dipergunakan agar jangkauan sebaran lebih lebar. Laju benih dikontrol dari ukuran bukaan, kecepatan maju traktor, lebar sebaran. Centrifugal spreader merupakan alat yang cukup fleksibel karena dapat dipergunakan untuk menyebar benih, pupuk, pestisida dan material lain yang berupa butiran. Setelah operasi tanam sebar kemudian dilakukan operasi pengolahan tanah kedua untuk menutup benih dengan tanah (Daywin, 2008).

2.        Mesin tanam acak dalam lajur (drill seeder)
Mesin tanam benih secara acak dalam lajur, biasanya pada setiap alur tanam, benih dijatah dari hoper oleh suatu silinder bercoak yang digerakkan dengan roda tanah (ground wheel). Jumlah benih per satuan waktu atau laju benih dikontrol melalui lebar bukaan yang dapat diatur. Benih tersebut melewati tabung penyalur benih jatuh secara gravitasi ke lubang tanam yang dibuat oleh pembuka alur, bisa berupa disk atau bentuk lain. Umumnya jarak antar benih berkisar antara 150 – 400 mm. Metoda penutupan benih dapat dilakukan dengan rantai tarik, yang ditempatkan dibelakang pembuka alur (furrow opener). Setelah benih tertutup tanah, maka tanah diatas dan disamping benih tersebut akan diperkeras menggunakan roda tekan. Jenis-jenis pembuka alur dan roda tekan (Daywin, 2008).

3.        Mesin tanam presisi dalam lajur (precision seeder)
Mesin tanam presisi (memberikan penempatan yang tepat dari setiap benih pada interval yang sama dalam setiap alur tanam. Jarak antar alur tanam atau sering juga disebut jarak antar barisan, umumnya dibuat cukup lebar untuk keperluan penyiangan. Mesin tanam presisi tersedia dalam bermacam-macam variasi. Dimana sumber tenaga tarik yang digunakan dapat menggunakan orang, hewan, traktor roda-2 maupun trator 4-roda. Secara umum ada 4 bagian utama yang selalu ada dalam alat tanam presisi, yaitu 1) pembuka alur (furrow opener) untuk mengontrol kedalaman tanam, 2) penjatah benih (metering seed) untuk menjaga interval jarak benih dalam alur dapat seragam, 3) penutup alur, untuk menutup alur tanam, dan 4) roda tekan (pressing wheel), untuk memadatkan tanah disekitar benih agar kontak antara benih dan tanah cukup baik (Daywin, 2008).

Dalam alat mesin tanam (seeder) terdapat beberapa bagian pokok diantaranya adalah sebagai berikut:
1.        Hopper
Hopper merupakan bagian dari komponen mesin tanam yang berada di atas, yang berfungsi sebagai kotak penampung benih sebelum disalurkan atau ditanam pada tanah. Hopper mempunyai peranan penting dalam proses berjalannya benih karena apabila desain hopper tidak bagus maka akan terjadi penumpukan benih yang akan menghambat proses penanaman.
2.        Seed Matering Device (SMD)
Seed matering device merupakan bagian dari alat tanah yang berada pada posisi tengah ataupun bawah yang berfungsi untuk mengatur pengeluaran benih sehingga benih dapat jatuh dengan jumlah tertentu dan jarak tertentu sehingga proses penanaman bisa berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku dalam penanaman benih.
3.        Feed Tube
Feed tube berada pada posisi dibawah hopper yang berfungsi sebagai penyalur pengeluaran benih dari hopper sehingga dapat masuk/tertanam pas pada lubang tanam yang telah dibuat oleh furrow opener. Dalam pengalirannya diharapkan benih dapat dialirkan dengan kecepatan yang sama dan kontinu.
4.        Furrow Opener (Alat Pembuat Alur)
Furrow opener berfungsi sebgai pembuka alur tanam yang akan dimasuki oleh oleh benih (biji-bijian) sehingga benih dapat cepat tumbuh terlindung dari panasnya sinar matahari serta binatang penganggu.
5.        Covering Device(alat penutup alur)
Corvering device berfungsi untuk menutup alur tanam sehingga tidak terjadi kavitsi lengas (tanah yang kering padat dan cepat menguap) yang bisa menyebabkabkan benih tidak dapat tumbuh dengan baik/tidak tumbuh (Daywin, 2008).


2.2  Grain Sedeer

Grain Seeder adalah alat pertanian yang bertujuan untuk mempermudah pekerjaan manusia, terutama bagi para petani. Grain Seeder adalah alat pertanian yang berfungsi untuk menanam benih, dengan sistem semi mekanis. Grain Seeder dapat ditarik dengan tenaga manusia, atau dengan tenaga hewan, atau dengan traktor. Alat pertanian Grain Seeder dibuat dengan tujuan agar penanaman benih dapat dilakukan dengan efektif dan efisien, sehingga meminimalkan kerusakan dan mengoptimalkan hasil (Purwadi, 1999).

Mekanisme kerja Grain Seeder yaitu pembuka alur tipe piringan ganda (double disk) membuat alur di lahan yang akan ditanami, kemudian benih dijatuhkan dari bagian penakar benih tipe inclined disk. Penakar benih berbentuk piringan pipih yang pada sekeliling tepinya terdapat lubang-lubang berdiameter sama dengan biji yang akan ditanam. Saat penakar benih berputar, lubang-lubang tersebut akan terisi biji-bijian yang terdapat di atas piringan penakar benih. Benih akan jatuh melalui lubang penyalur benih. Piringan penakar benih berputar saat roda penggerak yang ada di bagian belakang bergerak. Pada sekeliling tepinya terdapat lubang-lubang berdiameter sama dengan biji yang akan ditanam. Saat penakar benih berputar, lubang-lubang tersebut akan terisi biji-bijian yang terdapat di atas piringan penakar benih. Benih akan jatuh melalui lubang penyalur benih. Piringan penakar benih berputar saat roda penggerak yang ada di bagian belakang bergerak (Purwadi, 1999).

Keunggulan dari grain seeder yaitu:
1.        Menanam biji-bijian ( jagung, kedele, kacang tanah) secara mekanis ditarik traktor roda 2 maupun traktor roda 4.
2.        Menggantikan pekerjaan penanaman secara manual dengan tenaga orang meliputi penugalan /pembuatan lubang, meletakkan benih dan menutup benih.
3.        Dapat digandengkan dengan traktor roda 2 maupun traktor roda 4.
4.        Selain itu Alat Tanam ini menggunakan kontruksi pembuka alur tipe piringan ganda, sehingga dapat bekerja pada lahan yang kurang bersih, Pengeluaran benih lebih seragam dalam jumlah maupun jarak tanamnya (missing hill kurangt 5%).

Kekurangan dari alat grain seeder adalah:
1.      Biaya awal lebih mahal.
2.      Biaya perawatan grain seeder yang mahal (Purwadi, 1999).


2.3. Benih

Benih adalah bahan pertanaman berupa biji yang berasal dari biji yang terpilih. Sedangkan biji yang terpilih adalah biji yang telah mengalami seleksi ataupemilihan terlebih dahulu. Mutu benih yang dapat mencapai hasil yang maksimal mencakup mutu genetis, mutu fisik, mutu fisiologis.Sedangkan viabilitas benih dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan selama pembentukan benih. Kerusakan mekanik akibat pengolahan, serangan mikroorganiisme, serta umur dan kemunduran benih (Soedianto, dkk. 1982).

Beberapa sifat fisik benih yang mempengaruhi penggunaan mesin penanam
adalah sebagai berikut :
1.        Ukuran
2.        Bentuk
3.        Keseragaman Bentuk Dan Ukuran
4.        Jumlah Persatuan Volume
5.        Ketahanan Terhadap Tekanan Dan Gesekan (Soedianto, dkk. 1982).


2.4              Proses Penanaman

Menanam merupakan proses pertama dalam membudidyakan tanaman dan penanaman merupakan usaha penempatan benih atau biji didalam tanah padakedalaman tertentu atau menyebarkan benih diatas permukaan tanah atau menanam tanah didalam tanah dan dalam penanaman benih dapat dilakukan dengan menggunakan tangan saja, dengan bantuan alat-alat sederhana atau dengan bantuan mesin-mesin pertanian. Dalam penanaman diperlukan alat bantu tanam. Untuk penanaman konvesional sebagai alat bantu adalah tugal, dan tali jarak tanam, serta ajir. Untuk alat tanam yang modern menggunakan mesin tanam. Namun telah ada alat tanam yang semi mekanis yaitu berupa ”seed-drill”. Penanaman dengan alat konvensional waktu yang dibutuhkan relatif lebih lama dan efektif dilakukan pada lahan-lahan yang sempit dan berteras (Soedianto, dkk. 1982).


III . METODOLOGI


3.1 Waktu dan Tempat
Adapun praktikum tersebut dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 29 April 2015, pukul 08.00 WIB. di Laboratorium Daya Alat Dan Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.


3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang dibutuhkan pada praktikum ini adalah Grain seeder dan meteran.
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah benih jagung, benih kacang hijau, tanah, alat tulis, dan kamera.















3.3 Metodologi
 




IV . HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil























IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil

Benih yang digunakan pada praktikum ini yaitu biji jagung.
Lebar lahan 83cm.
Panjang Lahan 300cm.
Kedalaman tanah 6 cm.
Lebar jarak tanam 25cm.

Adapun hasil yang diperoleh jagung A (penanaman awal)
No.
Jarak jatuh biji (cm)
Jumlah biji yang jatuh (butir)
1
31
1
2.
37
2
3.
31
2

Rata-rata jagung A = Total biji yang jatuh =  1 + 2 + 2  = 1,67
                                                3                             3

Adapun hasil yang diperoleh jagung B (penanaman akhir)
No.
Jarak jatuh biji (cm)
Jumlah biji yang jatuh (butir)
1
40
2
2.
45
3
3.
44
2

Rata-rata jagung B = Total biji yang jatuh =  2 + 3 + 2  = 2,33
                                                3                             3



4.2 Pembahasan
A. Prosedur Kerja
Prosedur dan cara kerja yang telah dilakukan yaitu pertama siapkan lahan dengan tanah yang telah dibawa oleh masing-masuing kelompok. Masukkan benih jagung ke dalam wadah pada Grain seeder, kemudian ditarik oleh 2 orang dri tiap kelompok dengan arah lurus ke depan, kemudian roda depan atau pembuka alur pada grain seeder, bergerak kedepan dan tanah diangkat ke atas sehingga tanah tebuka dan siap untuk dimasukan benih, setelah itu benih yang ada pada hopper akan jatuh ke dalam piringan 1 kemudian keluar melalui piringan 2 dan jatuh ke dalam selang, benih yang melalui selang kemudian jatuh kedalam tanah, lalu dihitung jumlah biji yang jatuh dan dihitung jarak jatuh biji selanjutnya, kemudian roda kecil yang ada pada grain seeder akan menutup benih dengan tanah, sehingga tertutup dan berada di dalam tanah, setelah tanah tertutup maka roda paling belakang akan meratakan tanah yang sebelumnya telah tertutup.

B. Kalibrasi
Ada sedikit jenis peralatan untuk menerapkan pupuk butiran atau pestisida daripada ada untuk menerapkan cairan. Penyebar Granular digunakan untuk menerapkan pupuk granular dan pestisida granular, seperti fungisida, herbisida, dan insektisida, dan untuk pembibitan siaran dan overseeding dari turfgrass. Ada beberapa kerugian untuk menggunakan peralatan aplikasi granular. Misalnya, volume pembawa tidak dapat disesuaikan karena dapat dalam aplikasi cair, karena itu, kalibrasi individu diperlukan untuk setiap produk granular, dan produk yang sebenarnya harus digunakan selama kalibrasi (Ciptohadijoyo, 2008).

Selain itu, produk lebih sedikit tersedia dalam bentuk granular dibandingkan dalam bentuk cair, dan beberapa produk granular, terutama herbisida postemergence, bisa kurang efektif daripada rekan-rekan mereka cair. Terlepas dari kekurangan ini, biasanya banyak menggunakan produk granular karena aplikasi granular memang memiliki beberapa keunggulan dibandingkan aplikasi cair. Satu keuntungan adalah paparan kurang untuk produk selama penanganan, pencampuran, dan aplikasi (Ciptohadijoyo, 2008).

Metode untuk kalibrasi peralatan aplikasi granular agak mirip dengan aplikasi untuk peralatan cair kecuali untuk beberapa perbedaan halus. Misalnya, pestisida dan pupuk granular diformulasikan dengan pembawa inert, sehingga konsentrasi yang tetap dan tidak dapat disesuaikan. Hal ini memerlukan kalibrasi yang dilakukan untuk setiap produk granular yang berbeda digunakan dan bahwa pupuk aktual atau butiran pestisida digunakan selama kalibrasi. Setiap produk granular memiliki penyebar menyarankan pengaturan untuk merek tertentu penyebar, namun, pengaturan ini hanya untuk digunakan sebagai titik awal! Penyebar tetap harus dikalibrasi sebelum setiap aplikasi. Salah satu alasan untuk ini adalah bahwa kelembaban relatif dapat mempengaruhi penyebaran produk granular.Oleh karena itu, dianjurkan bahwa kalibrasi diulang dalam kondisi kelembaban relatif mirip dengan kondisi yang diharapkan atau hadir selama aplikasi (Ciptohadijoyo, 2008).


V . KESIMPULAN


Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum ini adalah:
1.        Grain seeder adalah alat pertanian yang berfungsi untuk menebar benih yang berupa butiran.
2.        Penanaman adalah proses lanjutan dari pengolahan tanah, dan tidak kalah penting dari pengolahan tanah.
3.        Bagian-bagian dari grain seeder adalah: pembuka alur tipe double disk, pengumpan (hopper), matering benih, roda penggerak, dan rangka.
4.        Dari hasil yang diperoleh pada praktikum ini yaitu rata-rata jagung A adalah 1,67 dan rata-rata jagung B adalah 2,33.
5.        Benih yang digunakan biji jagung, dengan lebar lahan 83cm, panjang lahan 300cm, kedalaman tanah 6 cm, dan lebar jarak tanam 25cm.
DAFTAR PUSTAKA


Ciptohadijoyo, Sunarto dan Bambang Purwantana. 1991. Alat dan Mesin Pertanian II. Jurusan Mekanisasi Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Daywin, F. J., et al.2008. Mesin-mesin Budidaya Pertanian di Lahan Kering. Yogyakarta: Creata LPPM.
Purwadi, T., 1999, Mesin dan Peralatan, Jogjakarta: Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada.
Soedianto, dkk. 1982. Bercocok Tanam Jilid I. Jakarta: CV Yasaguna.
























LAMPIRAN








              
   A. Gambar Lahan yang akan                      B. Gambar proses meratakan
                   ditanam                                                       tanah

     
    C. Gambar proses memasukkan             D. Gambar pengukuran jarak
                        benih jagung                          awal pengoprasian Grain seeder

         
    E. Gambar pengukuran jarak                 G. Gambar pengukuran jarak
            jatuhnya biji jagung                                                  tanam

Fanya Alfacia Arafat
1314071022






JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
I . PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang

Penanaman merupakan usaha penempatan biji atau benih di dalam tanah pada kedalaman tertentu atau menyebarkan biji di atas permukaan tanah atau menanamkan di dalam tanah untuk memperoleh perkecambahan dan tegakan yang baik. Selain membutuhkan pekerja yang cukup juga teknik penanaman akan menentukan keberhasilan budidaya. Proses penanaman memerlukan tanaga kerja sekitar 20% dari keseluruhan proses budidaya tanaman. Hal ini menunjukan sangatlah diperlukan alat tanam mekanis mengingat semakin sedikitnya tenaga yang tersedia dalam bidang pertanian (Soedianto, dkk. 1982).

Proses penanaman benih dengan menggunakan alat tanam, maka mekanisme kerja alat akan mempengaruhi penempatan benih di dalam tanah. Oleh karena itu, dengan adanya alat tanam padi dan alat tanam biji-bijian akan membantu para petani untuk lebih efisien dalam usaha tani tanaman budidaya untuk kebutuhan pangan manusia dihasilkan dan disiapkan dengan menggunakan tenaga otot-otot manusia. Kemudian tenaga otot hewani digunakan untuk meringankan tenaga otot manusia. Dengan ditemukannya besi, diciptakan perkakas yang selanjutnya mengurangi tenaga otot manusia. Yang disebut dengan mesin peralatan pertanian.

Petani yang memiliki lahan cukup luas seringkali menghadapi hambatan dalam


setiap kegiatan budidaya karena keterbatasan sumberdaya terutama tenaga kerja di bidang pertanian serta didukung dengan masih rendahnya tingkat produktivitas tenaga kerja pertanian tersebut. Hal ini karena hampir sebagian besar tenaga kerja pertanian saat ini sudah memasuki usia non produktif sementara generasi muda lebih banyak terjun di sektor lain baik industri maupun sektor informal sebagai akibat dari rendahnya minat mereka untuk terjun langsung ke lahan pertanian, apalagi dengan sistem pertanian tradisional. Oleh karenanya keberadaan mesin pertanian dapat meningkatkan produktifitas dan efektifitas kerja.

Seiring dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang pertanian sekarang ini telah dikembangkan berbagi jenis mesin penanam yang dimaksudkan untuk membantu petani dalam memudahkan proses penanaman sehingga dapat menghasilkan kinerja efektif dan efisien dengan keuntungan yang lebih besar
(Soedianto, dkk. 1982).


1.2 Tujuan

Adapun tujuan diadakannya praktikum ini adalah:
1.        Mahasiswa mengetahui cara mengoprasikan Grain Seeder.
2.        Mahasiswa mengetahui proses penanaman benih menggunakan Grain Seeder.
3.        Mahasiswa memahami jarak tanam benih menggunakan Grain seeder.


II . TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Seeder

Alat penanam (seeder) berfungsi untuk meletakkan benih yang akan ditanam pada kedalaman dan jumlah tertentu dengan keseragaman yang relatif tinggi. Sebagian besar alat penanam dilengkapi dengan alat penutup tanah. Bila benih dengan menggunakan alat tanam, maka mekanisme kerja alat akan mempengaruhi penempatan benih di dalam tanam, yaitu berpengaruh pada kedalaman tanam, jumlah benih tiap lubang, jarak antar lubang dalam baris, dan jarak antar baris. Di samping itu ada kemungkinan kerusakan benih dalam proses aliran benih dalam alat tanam. Benih tanaman yang berupa biji-bijian ada bermacam-macam, seperti kacang tanah, jagung, kedelai, kacang hijau,dll, yang masing-masing memiki bentuk, ukuran, kekuatan agronomis yang berbeda-beda. Untuk itu diperlukan alat tanam yang memiliki kekuatan tanam yang berbeda pula. Beberapa sifat fisis benih yang mempengaruhi alat tanam, yaitu ukuran, bentuk, keseragaman bentuk dan ukuran, density per satuan volume, dan tekanan terhadap tekanan dan gesekan (Daywin, 2008).

Penebaran benih dan pola pertanaman dengan alat penanam (seeder) ini dapat digolongkan menjadi 5 macam diantaranya
a.         Broadcasting (benih disebar pada permukaan tanah).
b.        Drill seedling (benih dijatuhkan secara random dan diletakkan pada kedalaman tertentu dalam alur sehingga diperoleh jalur tanaman tertentu).
c.         Pesicion drilling (benih ditanam secara tunggal dengan interval yang sama dengan alur).


d.        Hill dropping (kelompok benih dijatuhkan secara random dengan interval yang hampir sama dengan alur).
e.         Chezktow planting (benih diletakkan pada tempat tertentu sehingga diperoleh lajur tanaman dengan dua arah yang sama). (Daywin, 2008).

Mesin atau peralatan yang digunakan sebagai penanaman benih adalah sebagai berikut :
1.        Mesin tanam sebar (broadcast seeder)
Pada alat ini penjatahan benih dari hoper melalui satu lubang variabel (variable orifice). Suatu agitator ditempatkan diatas lubang variabel tersebut untuk mencegah macet karena benih-benih saling mengunci (seed bridging), juga agar aliran benih dapat kontinyu. Kadang-kadang suatu roda bercoak (fluted wheel) digunakan sebagai penjatah benih. Benih hasil penjatahan ini kemudian dijatuhkan pada piringan yang berputar. Karena bentuk dari piringan ini, benih tersebut akan dipercepat dan dilempar mendatar karena adanya gaya sentrifugal. Lebar sebaran tergantung pada diameter piringan, bentuk penghalang, dan desitas dari benih. Dua buah disk berputar dengan arah putaran yang berlawanan (counter disk spinning) dapat dipergunakan agar jangkauan sebaran lebih lebar. Laju benih dikontrol dari ukuran bukaan, kecepatan maju traktor, lebar sebaran. Centrifugal spreader merupakan alat yang cukup fleksibel karena dapat dipergunakan untuk menyebar benih, pupuk, pestisida dan material lain yang berupa butiran. Setelah operasi tanam sebar kemudian dilakukan operasi pengolahan tanah kedua untuk menutup benih dengan tanah (Daywin, 2008).

2.        Mesin tanam acak dalam lajur (drill seeder)
Mesin tanam benih secara acak dalam lajur, biasanya pada setiap alur tanam, benih dijatah dari hoper oleh suatu silinder bercoak yang digerakkan dengan roda tanah (ground wheel). Jumlah benih per satuan waktu atau laju benih dikontrol melalui lebar bukaan yang dapat diatur. Benih tersebut melewati tabung penyalur benih jatuh secara gravitasi ke lubang tanam yang dibuat oleh pembuka alur, bisa berupa disk atau bentuk lain. Umumnya jarak antar benih berkisar antara 150 – 400 mm. Metoda penutupan benih dapat dilakukan dengan rantai tarik, yang ditempatkan dibelakang pembuka alur (furrow opener). Setelah benih tertutup tanah, maka tanah diatas dan disamping benih tersebut akan diperkeras menggunakan roda tekan. Jenis-jenis pembuka alur dan roda tekan (Daywin, 2008).

3.        Mesin tanam presisi dalam lajur (precision seeder)
Mesin tanam presisi (memberikan penempatan yang tepat dari setiap benih pada interval yang sama dalam setiap alur tanam. Jarak antar alur tanam atau sering juga disebut jarak antar barisan, umumnya dibuat cukup lebar untuk keperluan penyiangan. Mesin tanam presisi tersedia dalam bermacam-macam variasi. Dimana sumber tenaga tarik yang digunakan dapat menggunakan orang, hewan, traktor roda-2 maupun trator 4-roda. Secara umum ada 4 bagian utama yang selalu ada dalam alat tanam presisi, yaitu 1) pembuka alur (furrow opener) untuk mengontrol kedalaman tanam, 2) penjatah benih (metering seed) untuk menjaga interval jarak benih dalam alur dapat seragam, 3) penutup alur, untuk menutup alur tanam, dan 4) roda tekan (pressing wheel), untuk memadatkan tanah disekitar benih agar kontak antara benih dan tanah cukup baik (Daywin, 2008).

Dalam alat mesin tanam (seeder) terdapat beberapa bagian pokok diantaranya adalah sebagai berikut:
1.        Hopper
Hopper merupakan bagian dari komponen mesin tanam yang berada di atas, yang berfungsi sebagai kotak penampung benih sebelum disalurkan atau ditanam pada tanah. Hopper mempunyai peranan penting dalam proses berjalannya benih karena apabila desain hopper tidak bagus maka akan terjadi penumpukan benih yang akan menghambat proses penanaman.
2.        Seed Matering Device (SMD)
Seed matering device merupakan bagian dari alat tanah yang berada pada posisi tengah ataupun bawah yang berfungsi untuk mengatur pengeluaran benih sehingga benih dapat jatuh dengan jumlah tertentu dan jarak tertentu sehingga proses penanaman bisa berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku dalam penanaman benih.
3.        Feed Tube
Feed tube berada pada posisi dibawah hopper yang berfungsi sebagai penyalur pengeluaran benih dari hopper sehingga dapat masuk/tertanam pas pada lubang tanam yang telah dibuat oleh furrow opener. Dalam pengalirannya diharapkan benih dapat dialirkan dengan kecepatan yang sama dan kontinu.
4.        Furrow Opener (Alat Pembuat Alur)
Furrow opener berfungsi sebgai pembuka alur tanam yang akan dimasuki oleh oleh benih (biji-bijian) sehingga benih dapat cepat tumbuh terlindung dari panasnya sinar matahari serta binatang penganggu.
5.        Covering Device(alat penutup alur)
Corvering device berfungsi untuk menutup alur tanam sehingga tidak terjadi kavitsi lengas (tanah yang kering padat dan cepat menguap) yang bisa menyebabkabkan benih tidak dapat tumbuh dengan baik/tidak tumbuh (Daywin, 2008).


2.2  Grain Sedeer

Grain Seeder adalah alat pertanian yang bertujuan untuk mempermudah pekerjaan manusia, terutama bagi para petani. Grain Seeder adalah alat pertanian yang berfungsi untuk menanam benih, dengan sistem semi mekanis. Grain Seeder dapat ditarik dengan tenaga manusia, atau dengan tenaga hewan, atau dengan traktor. Alat pertanian Grain Seeder dibuat dengan tujuan agar penanaman benih dapat dilakukan dengan efektif dan efisien, sehingga meminimalkan kerusakan dan mengoptimalkan hasil (Purwadi, 1999).

Mekanisme kerja Grain Seeder yaitu pembuka alur tipe piringan ganda (double disk) membuat alur di lahan yang akan ditanami, kemudian benih dijatuhkan dari bagian penakar benih tipe inclined disk. Penakar benih berbentuk piringan pipih yang pada sekeliling tepinya terdapat lubang-lubang berdiameter sama dengan biji yang akan ditanam. Saat penakar benih berputar, lubang-lubang tersebut akan terisi biji-bijian yang terdapat di atas piringan penakar benih. Benih akan jatuh melalui lubang penyalur benih. Piringan penakar benih berputar saat roda penggerak yang ada di bagian belakang bergerak. Pada sekeliling tepinya terdapat lubang-lubang berdiameter sama dengan biji yang akan ditanam. Saat penakar benih berputar, lubang-lubang tersebut akan terisi biji-bijian yang terdapat di atas piringan penakar benih. Benih akan jatuh melalui lubang penyalur benih. Piringan penakar benih berputar saat roda penggerak yang ada di bagian belakang bergerak (Purwadi, 1999).

Keunggulan dari grain seeder yaitu:
1.        Menanam biji-bijian ( jagung, kedele, kacang tanah) secara mekanis ditarik traktor roda 2 maupun traktor roda 4.
2.        Menggantikan pekerjaan penanaman secara manual dengan tenaga orang meliputi penugalan /pembuatan lubang, meletakkan benih dan menutup benih.
3.        Dapat digandengkan dengan traktor roda 2 maupun traktor roda 4.
4.        Selain itu Alat Tanam ini menggunakan kontruksi pembuka alur tipe piringan ganda, sehingga dapat bekerja pada lahan yang kurang bersih, Pengeluaran benih lebih seragam dalam jumlah maupun jarak tanamnya (missing hill kurangt 5%).

Kekurangan dari alat grain seeder adalah:
1.      Biaya awal lebih mahal.
2.      Biaya perawatan grain seeder yang mahal (Purwadi, 1999).


2.3. Benih

Benih adalah bahan pertanaman berupa biji yang berasal dari biji yang terpilih. Sedangkan biji yang terpilih adalah biji yang telah mengalami seleksi ataupemilihan terlebih dahulu. Mutu benih yang dapat mencapai hasil yang maksimal mencakup mutu genetis, mutu fisik, mutu fisiologis.Sedangkan viabilitas benih dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan selama pembentukan benih. Kerusakan mekanik akibat pengolahan, serangan mikroorganiisme, serta umur dan kemunduran benih (Soedianto, dkk. 1982).

Beberapa sifat fisik benih yang mempengaruhi penggunaan mesin penanam
adalah sebagai berikut :
1.        Ukuran
2.        Bentuk
3.        Keseragaman Bentuk Dan Ukuran
4.        Jumlah Persatuan Volume
5.        Ketahanan Terhadap Tekanan Dan Gesekan (Soedianto, dkk. 1982).


2.4              Proses Penanaman

Menanam merupakan proses pertama dalam membudidyakan tanaman dan penanaman merupakan usaha penempatan benih atau biji didalam tanah padakedalaman tertentu atau menyebarkan benih diatas permukaan tanah atau menanam tanah didalam tanah dan dalam penanaman benih dapat dilakukan dengan menggunakan tangan saja, dengan bantuan alat-alat sederhana atau dengan bantuan mesin-mesin pertanian. Dalam penanaman diperlukan alat bantu tanam. Untuk penanaman konvesional sebagai alat bantu adalah tugal, dan tali jarak tanam, serta ajir. Untuk alat tanam yang modern menggunakan mesin tanam. Namun telah ada alat tanam yang semi mekanis yaitu berupa ”seed-drill”. Penanaman dengan alat konvensional waktu yang dibutuhkan relatif lebih lama dan efektif dilakukan pada lahan-lahan yang sempit dan berteras (Soedianto, dkk. 1982).


III . METODOLOGI


3.1 Waktu dan Tempat
Adapun praktikum tersebut dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 29 April 2015, pukul 08.00 WIB. di Laboratorium Daya Alat Dan Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.


3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang dibutuhkan pada praktikum ini adalah Grain seeder dan meteran.
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah benih jagung, benih kacang hijau, tanah, alat tulis, dan kamera.















3.3 Metodologi
 




IV . HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil























IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil

Benih yang digunakan pada praktikum ini yaitu biji jagung.
Lebar lahan 83cm.
Panjang Lahan 300cm.
Kedalaman tanah 6 cm.
Lebar jarak tanam 25cm.

Adapun hasil yang diperoleh jagung A (penanaman awal)
No.
Jarak jatuh biji (cm)
Jumlah biji yang jatuh (butir)
1
31
1
2.
37
2
3.
31
2

Rata-rata jagung A = Total biji yang jatuh =  1 + 2 + 2  = 1,67
                                                3                             3

Adapun hasil yang diperoleh jagung B (penanaman akhir)
No.
Jarak jatuh biji (cm)
Jumlah biji yang jatuh (butir)
1
40
2
2.
45
3
3.
44
2

Rata-rata jagung B = Total biji yang jatuh =  2 + 3 + 2  = 2,33
                                                3                             3



4.2 Pembahasan
A. Prosedur Kerja
Prosedur dan cara kerja yang telah dilakukan yaitu pertama siapkan lahan dengan tanah yang telah dibawa oleh masing-masuing kelompok. Masukkan benih jagung ke dalam wadah pada Grain seeder, kemudian ditarik oleh 2 orang dri tiap kelompok dengan arah lurus ke depan, kemudian roda depan atau pembuka alur pada grain seeder, bergerak kedepan dan tanah diangkat ke atas sehingga tanah tebuka dan siap untuk dimasukan benih, setelah itu benih yang ada pada hopper akan jatuh ke dalam piringan 1 kemudian keluar melalui piringan 2 dan jatuh ke dalam selang, benih yang melalui selang kemudian jatuh kedalam tanah, lalu dihitung jumlah biji yang jatuh dan dihitung jarak jatuh biji selanjutnya, kemudian roda kecil yang ada pada grain seeder akan menutup benih dengan tanah, sehingga tertutup dan berada di dalam tanah, setelah tanah tertutup maka roda paling belakang akan meratakan tanah yang sebelumnya telah tertutup.

B. Kalibrasi
Ada sedikit jenis peralatan untuk menerapkan pupuk butiran atau pestisida daripada ada untuk menerapkan cairan. Penyebar Granular digunakan untuk menerapkan pupuk granular dan pestisida granular, seperti fungisida, herbisida, dan insektisida, dan untuk pembibitan siaran dan overseeding dari turfgrass. Ada beberapa kerugian untuk menggunakan peralatan aplikasi granular. Misalnya, volume pembawa tidak dapat disesuaikan karena dapat dalam aplikasi cair, karena itu, kalibrasi individu diperlukan untuk setiap produk granular, dan produk yang sebenarnya harus digunakan selama kalibrasi (Ciptohadijoyo, 2008).

Selain itu, produk lebih sedikit tersedia dalam bentuk granular dibandingkan dalam bentuk cair, dan beberapa produk granular, terutama herbisida postemergence, bisa kurang efektif daripada rekan-rekan mereka cair. Terlepas dari kekurangan ini, biasanya banyak menggunakan produk granular karena aplikasi granular memang memiliki beberapa keunggulan dibandingkan aplikasi cair. Satu keuntungan adalah paparan kurang untuk produk selama penanganan, pencampuran, dan aplikasi (Ciptohadijoyo, 2008).

Metode untuk kalibrasi peralatan aplikasi granular agak mirip dengan aplikasi untuk peralatan cair kecuali untuk beberapa perbedaan halus. Misalnya, pestisida dan pupuk granular diformulasikan dengan pembawa inert, sehingga konsentrasi yang tetap dan tidak dapat disesuaikan. Hal ini memerlukan kalibrasi yang dilakukan untuk setiap produk granular yang berbeda digunakan dan bahwa pupuk aktual atau butiran pestisida digunakan selama kalibrasi. Setiap produk granular memiliki penyebar menyarankan pengaturan untuk merek tertentu penyebar, namun, pengaturan ini hanya untuk digunakan sebagai titik awal! Penyebar tetap harus dikalibrasi sebelum setiap aplikasi. Salah satu alasan untuk ini adalah bahwa kelembaban relatif dapat mempengaruhi penyebaran produk granular.Oleh karena itu, dianjurkan bahwa kalibrasi diulang dalam kondisi kelembaban relatif mirip dengan kondisi yang diharapkan atau hadir selama aplikasi (Ciptohadijoyo, 2008).


V . KESIMPULAN


Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum ini adalah:
1.        Grain seeder adalah alat pertanian yang berfungsi untuk menebar benih yang berupa butiran.
2.        Penanaman adalah proses lanjutan dari pengolahan tanah, dan tidak kalah penting dari pengolahan tanah.
3.        Bagian-bagian dari grain seeder adalah: pembuka alur tipe double disk, pengumpan (hopper), matering benih, roda penggerak, dan rangka.
4.        Dari hasil yang diperoleh pada praktikum ini yaitu rata-rata jagung A adalah 1,67 dan rata-rata jagung B adalah 2,33.
5.        Benih yang digunakan biji jagung, dengan lebar lahan 83cm, panjang lahan 300cm, kedalaman tanah 6 cm, dan lebar jarak tanam 25cm.
DAFTAR PUSTAKA


Ciptohadijoyo, Sunarto dan Bambang Purwantana. 1991. Alat dan Mesin Pertanian II. Jurusan Mekanisasi Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Daywin, F. J., et al.2008. Mesin-mesin Budidaya Pertanian di Lahan Kering. Yogyakarta: Creata LPPM.
Purwadi, T., 1999, Mesin dan Peralatan, Jogjakarta: Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada.
Soedianto, dkk. 1982. Bercocok Tanam Jilid I. Jakarta: CV Yasaguna.
























LAMPIRAN








              
   A. Gambar Lahan yang akan                      B. Gambar proses meratakan
                   ditanam                                                       tanah

     
    C. Gambar proses memasukkan             D. Gambar pengukuran jarak
                        benih jagung                          awal pengoprasian Grain seeder

         
    E. Gambar pengukuran jarak                 G. Gambar pengukuran jarak
            jatuhnya biji jagung                                                  tanam

Comments

Popular posts from this blog

ALAT PENGOLAHAN TANAH SEKUNDER (GARU PIRING)

PENDIDIKAN ORANG DEWASA