PENDIDIKAN ORANG DEWASA
PENDIDIKAN
ORANG DEWASA
( Makalah Pengembangan Masyarakat )
Oleh:
Fanya
Alfacia Arafat 1314071022
Riyan
Wahyudi 1314071048

JURUSAN
TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2015
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesadaran bahwa belajar adalah proses menjadi dirinya sendiri bukan proses
untuk dibentuk menurut kehendak orang lain, membawa kesadaran yang lain bahwa
kegiatan belajar harus melibatkan individu atau orang lain dalam proses
pemikiran: apa yang mereka inginkan, apa yang dilakukan, menentukan dan
merencanakan serta melakukan tindakan apa saja yang perlu untuk memenuhi
keinginan tersebut. Inti dari pendidikan adalah menolong orang belajar
bagaimana memikirkan diri mereka sendiri, mengatur urusan kehidupan mereka
sendiri untuk berkembang dan matang, dengan mempertimbangkan bahwa mereka juga
sebagai makhluk sosial.
Pada dasarnya "orang dewasa" memiliki banyak pengalaman baik dalam bidang pekerjaannya maupun pengalaman lain dalam kehidupannnya. Tentu saja untuk menghadapi peserta pendidikan yang pada umumnya adalah "orang dewasa" dibutuhkan suatu strategi dan pendekatan yang berbeda dengan "pendidikan dan pelatihan" ala bangku sekolah, atau pendidikan konvensional yang sering disebut dengan pendekatan Pedagogis. Dalam praktek "pendekatan pedagogis" yang diterapkan dalam pendidikan dan pelatihan seringkali tidak cocok. Untuk itu, dibutuhkan suatu pendekatan yang lebih cocok dengan "kematangan", "konsep diri" peserta dan "pengalaman peserta". Di dalam dunia pendidikan, strategi dan pendekatan ini dikenal dengan "Pendidikan Orang Dewasa" (Adult Education).
Malcolm Knowles dalam
publikasinya yang berjudul "The Adult Learner, A Neglected Species"
mengungkapkan teori belajar yang tepat bagi orang dewasa. Sejak saat itulah
istilah "Andragogi" makin diperbincangkan oleh berbagai kalangan khususnya
para ahli pendidikan (Yusnadi, 2002).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan
mempelajari pendidikan orang dewasa adalah:
1. Mahasiswa
dapat mengetahui pengertian dan prinip pendidikan orang dewasa
2. Mahasiswa
dapat mengetahui pentingnya pendidikan orang dewasa.
II.
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Pendidikan Orang Dewasa
Pendidikan Orang dewasa atau yang dikenal dengan
istilah Andragogi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yakni Andra
berarti orang dewasa dan agogos berarti memimpin. Dapat juga dikatakan bahwa
andragogi merupakan suatu ilmu (science) dan seni (art) dalam membantu orang
dewasa belajar. Sedangkan istilah lain
yang sering dipergunakan sebagai perbandingan adalah "pedagogi", yang
ditarik dari kata "paid" artinya anak dan "agogos" artinya
membimbing atau memimpin. Maka dengan demikian secara harafiah "pedagogi"
berarti seni atau pengetahuan membimbing atau memimpin atau mengajar anak (Yusnadi,
2002).
Perbedaan antara
anak-anak dan dewasa dapat ditinjau dari 3 hal yaitu :
1. Usia,
individu yang berumur lebih dari 16 tahun dapat dikatakan sebagai orang dewasa dan
kurang dari 16 tahun masih disebut anak-anak.
2. Ciri
psikologis, individu yang dapat mengarahkan diri sendiri, tidak selalu
tergantung dengan oranglain, bertanggung jawab, mandiri, berani mengambil
resiko, mampu mengambil keputusan merupakan ciri orang dewasa.
3. Ciri
biologis, individu dikatakan dewasa apabila telah menunjukkan tanda-tanda
kelamin sekunder.
Karena pengertian pedagogi adalah seni atau
pengetahuan membimbing atau mengajar anak maka apabila menggunakan istilah pedagogi
untuk kegiatan pelatihan bagi orang dewasa jelas tidak tepat, karena mengandung
makna yang bertentangan. Pada awalnya, bahkan hingga sekarang, banyak praktek
proses belajar dalam suatu pendidikan yang ditujukan kepada orang dewasa, yang
seharusnya bersifat andragogis,dengan cara-cara yang
pedagogis. Dalam hal ini prinsip-prinsip dan asumsi yang berlaku bagi
pendidikan anak dianggap dapat diberlakukan bagi kegiatan pendidikan bagi orang
dewasa. Namun karena orang dewasa sebagai individu yang sudah mandiri dan mampu
mengarahkan dirinya sendiri, maka dalam andragogi yang terpenting dalam proses
interaksi belajar adalah kegiatan belajar mandiri yang bertumpu kepada warga
belajar itu sendiri dan bukan merupakan kegiatan seorang guru mengajarkan
sesuatu (Learner Centered Training / Teaching (Yusnadi, 02002).
Pendidikan orang dewasa merupakan Keseluruhan proses
pendidikan yang diorganisasikan, apa pun isi, tingkatan,metodenya baik formal dan
tidak, yang melanjutkan maupun yang menggantikan pendidikan semula di sekolah,
akademi dan universitas serta latihan kerja, yang membuat orang yang dianggap
dewasa oleh masyarakat mengembangkan kemampuannya, memperkaya pengetahuannya,
meningkatkan kualifikasi teknis atau profesionalnya, dan mengakibatkan
perubahan pada sikap dan perilakunya dalam perspektif rangkap perkembangan
pribadi secara utuh dan partisipasi dalam pengembangan sosial, ekonomi dan budaya
yang seimbang dan bebas. Defenisi diatas menekankan pencapaian perkembangan
individu dan peningkatan partisipasi social (Suprijanto,
2007).
Karakteritik Pendidikan Orang Dewasa:
1.
Memiliki lebih banyak pengalaman hidup.
2.
Memiliki motivasi yang tinggi untuk
belajar. Orang dewasa termotivasi untuk belajar karena ingin memperoleh
pekerjaan yang lebih baik dan berprestasi secara personal, keputusan dan
perwujudan diri.
3.
Banyak peranan dan tanggung jawab yang
dimiliki. Menimbulkan persaingan terhadap permintaan waktu antar setiap peranan
yang ia miliki. Menyebabkan keterbatasan waktu untuk belajar. Penting bagi
pendidik orang dewasa untuk memiliki sensitifitas dan memahami adanya
persaingan penggunaan waktu.
4.
Kurang percaya diri atas kemampuan diri
yang mereka miliki untuk belajar kembali. Kepercayaan – kepercayaan yang tidak
benar tentang belajar, usia lanjut dan faktor fisik juga dapat meningkatkan
ketidak percayaan diri orang dewasa untuk kembali belajar.
5.
Pengalaman dan tujuan hidup orang dewasa
lebih beragam daripada para pemuda. Dan hal ini dapat dijadikan suatu kekuatan
yang positif yang dapat dimanfaatkan melalui pertukaran pengalaman dikalangan
pembelajar orang dewasa.
6.
Makna belajar bagi orang dewasa. Belajar
adalah suatu proses mental yang terjadi dalam benak seseorang yang melibatkan
kegiatan berfikir. Bagi pendidikan orang dewasa melalui pengalaman-pengalaman belajar
makna belajar diberikan (Suprijanto, 2007).
Beberapa Asumsi
Dasar dan Implikasi Orang Dewasa:
1. Konsep
Diri
Konsep diri yang dimiliki orang
dewasa berbeda dengan konsep diri anak. Jika konsep diri anak bahwa dirinya
tergantung dengan orang lain. Maka, konsep diri orang dewasa adalah tidak lagi
tergantung namun, telah dapat mengambil keputusan, mampu mengatur diri sendiri.
Oleh sebab itu, orang dewasa perlu perlakuan yang sifatnya menghargai,
terkhusus pada pengambilan keputusan. Orang dewasa juga akan menolak apabila
kondisi belajar berbeda dengan konsep diri yang ia miliki. Orang dewasa telah
mempunyai kemauan sendiri (pengarahan diri) untuk belajar.
Implikasi :
a.
Iklim belajar diciptakan sesuai dengan keadaan
orang dewasa. Seperti : ruangan, kursi, meja dan sejenisnya disusun sesuai
keinginan orang dewasa. Dengan demikian diharapkan terciptanya kenyamanan
belajar.
b.
Pelajar dilibatkan dalam proses merancang
perencanaan belajar.
c.
Pelajar diikutsertakan dalam mendiagnosa
kebutuhan belajar. Mereka akan lebih terlibat dan termotivasi untuk belajar
jika hal yang akan dipelajari sesuai dengan kebutuhan mereka.
2. Pengalaman
Perbedaan
pengalaman yang dimiliki merupakan akibat dari masa mudanya.Seiring berjalannya
waktu maka pengalaman yang dimilikinya pun semakin banyak.
Implikasi :
a. Proses
belajar lebih ditekankan pada metode yang menyaring pengalaman mereka, seperti
melalui diskusi kelompok, metode kasus, metode insiden kritis, simulasi
dll. Dengan demikian akan lebih banyak
keterlibatan diri pada proses belajar.
b. Penekanan
pada proses belajar aplikasi praktis. Untuk memberikan pengenalankonsep baru
pengajar memberikan penjelasan melalui pengalaman yang berasal dari pelajar itu
sendiri.
3.
Kesiapan Untuk Belajar,
Kesiapan
belajar yang dimiliki individu sebagai akibat dari peranan sosial yang dimilikinya. Havinghurts
(1953) membagi masa dewasa menjadi tiga, yaitu : masa dewasa awal (18-30
tahun), dewasa madya (30-55 tahun), dewasa akhir (lebih dari 55 tahun). Dan membagi
10 peranan sosial yaitu sebagai pekerja, kawan, orangtua, kepala rumah tangga,
anak, warga Negara, anggota organisasi, rekan kerja, anggotakeagamaan, pemakai
waktu luang.
Implikasi :
Implikasi :
a. Urutan
kurikulum disusun berdasarkan tugas perkembangan bukan berdasarkan urutan mata
pelajaran atau kebutuhan lembaga.
b. Konsep
mengenai tugas perkembangan orang dewasa memberikan petunjuk dalam belajar
kelompok.
4. Orientasi
Terhadap Belajar
Orang
dewasa cenderung mempunyai perspektif untuk secepatnya mengaplikasikan apa yang telah mereka
pelajari. Pendidikan bagi orang dewasa dipandang sebagai suatu proses untuk
meningkatkan kemampuan dalam memecahkan masalah hidup yang ia hadapi.
Implikasi :
a. pendidik
berperan sebagai pemberi bantuan kepada pelajar dewasa bukan sebagai guru yang
mengajar materi.
b. Kurikulum
POD tidak berorientasi pada mata pelajaran tertentu, tetapi berorientasi pada
masalah.
c. Karena
orang dewasa berorientasi pada masalah maka pengalaman belajar yang dirancang
didasarkan pada masalah dan hal yang menjadi bahan perhatian mereka juga (Suprijanto, 2007).
Fungsi Dasar Pendidikan Orang
Dewasa
Fungsi dasar pendidikan orang dewasa adalah
instruksi, konseling, perkembangan program dan administrasi. Proses
pengembangan program melibatkan penilaian pada kebutuhan pelajar, membuat dan
mengeksekusi keputusan yang diperlukan dalam aktivitas belajar untuk
memposisikan dan mengevaluasihasil. Keunikan dan keterpusatan fungsi
pengembangan program dalam pendidikan orang dewasa berasal dari perbedaan
tujuan dan kebutuhan pendidik orang dewasa. Sebuah upaya dilakukan untuk
mempertemukan bermacam-macam perubahan individu dan kebutuhan kelompok walaupun
berupa program jangka pendek. Hal ini mengikuti pernyataan bahwa pendidikan
orang dewasa lebih distandarisasi seperti dalam program remidi atau kesempatan
kedua yang mensejajarkan kurikulum pendidikan remaja, dan fungsi pengembangan
program tidaklah begitu penting (Suprijanto,
2007).
Tujuan
Pendidikan Orang Dewasa Sebagai Berikut:
1.
Membantu pelajar mencapai suatu
tingkatan kebahagiaan dan makna hidup.
2.
Membantu pelajar memahami dirinya
sendiri, bakatnya, keterbatasannya dan hubungan
interpersonalnya
3.
Membantu mengenali dan memahami kebutuhan
lifelong education.
4.
Memberikan kondisi dan kesempatan untuk
membantu mencapai kemajuan proses pematangan secara spiritual, budaya, fisik,
politik dan kejujuran.
5.
Memberikan kemampuan melek huruf,
keterampilan kejujuran dan kesehatan bagi orang dewasa yang sebelumnya tidak
memiliki kesempatan untuk belajar (Suprijanto,
2007).
Pertimbangan
Filosofis Dalam Pendidikan Orang Dewasa
Berpikir
filosofis sangat berguna untuk “Mengetahui prinsip-prinsip apa yang harus atau
yang akan dilakukan”. Filsafat berkenaan dengan rangkaian panjang yang
berkelanjutan dari common sense manusia disatu pangkal dan akhir cara berpikir
filosofis disuatu ujung yang mungkin tak terhingga. Pemikiran filsafat sebagi
suatu proses tidak pernah berakhir, sama seperti lifelong education bagi orang
dewasa. Kadangkala common sense tidak cukup untuk menjadi penyusun
kebijaksanaan pendidikan jangka panjang, maka common sense dalam cara berpikir
filosofis perlu untuk diperbaiki dan dijernihkan secara terus menerus, dapat dilakukan
dengan pendekatan ilmiah dan pendekatan filosofis.
Pendekatan ilmiah dengan menentukan masalah spesifik
pendidikan dan membatasi variable setepat mungkin. Kemudian menentukan hubungan
antar variable untuk memperoleh jawaban yang tepat. Kita harus mencegah
variable luar lain mempengaruhi hasil penelitian. Pendekatan filosofis
merupakan cara pandang yang kompleks. Yang didapat dari berbagai sumber
pemikiran, yaitu common sense, tradisi, ilmu pengetahuan hidup, sosial dan
sejarah. Pendekatan ini untuk memecahkan masalah berdimensi luas (Suprijanto, 2007).
Alasan pentingnya berpikir filsafat dalam pendidikan
orang dewasa, karena
1.
Perlu acuan pertanyaan dalam menetapkan
program yang akan datang.
2.
Seringkali pendidik merasa hanya menjadi
bagian kecil pada suatu lembaga besar, sehingga ia memandang lembaga menjadi
sumber acuannya.
3.
Perlu landasan pendidikan untuk menilai
keterkaitan antar masalah/personal.
4.
Pendidik perlu melihat keterkaitan
antara pendidikan orang dewasa dengna aktifitas masyarakat.
5.
Berpikir filsafat yang dikembangkan
dengan baik dapat menyiapkan pendidik (Suprijanto,
2007).
2.2
Prinsip Pendidikan Orang Dewasa
Pendidikan orang
dewasa memiliki 10 Prinsip yang membedakannya dengan jenis pendidikan yang
lain. 10 Prinsip pendidikan orang dewasa tersebut,dapat menciptakan suasana
pembelajaran yang efektif dan efisien. 10 Prinsip tersebut, yaitu:
1. Prinsip kemitraan.
1. Prinsip kemitraan.
Prinsip
kemitraan menjamin terjalinnya kemitraan di antara pengajar dan pelajar. Dengan
demikian pelajar tidak diperlakuan sebagai murid tetapi sebagai mitra belaajar
sehingga hubugan yang mereka bangun bukanlah hubungan yang bersifat memerintah,
tetapi hubungan yang bersifat membantu, yaitu pengajar akan berusaha semaksimal
mungkin untuk membantu proses belajar pelajarnya.
2. Prinsip pengalaman nyata.
2. Prinsip pengalaman nyata.
Prinsip
pngalaman nyata menjamin berlangsungnya kegiatan pembelajaran pendidikan orang
dewasa terjadi dalam situasi kehidupan yang nyata. Kegiatan pembelajaran
pendidikan orang dewasa tidak berlangsung di kelas atu situasi yang simulative,
tetapi pada situasi yang sebenmarnya.
3. Prinsip kebersamaan.
Prinsip
kebersamaan menuntut digunakannya kelompok dalam kegiatan pembelajaran
pendidikan orang dewasa untuk menjamin adanya interaksi yang maksimal di antara
peserta dengan difasilitasi pengajar.
4. Prinsip partisipasi.
4. Prinsip partisipasi.
Prinsip
partisipasi adalah untuk mendorong keterlibatan pelajar secara maksimal dalam
kegiatan pembelajaran orang dewasa, dengan fasilitas dari pengajar. Dalam kegiatan
pembelajaran pendidikna orang dewasa semua pesrta harus terlibat atau mengambil
bagian secara aktif dari seluruh proses pembelajarn mulai dari
perencanaan,pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.
5. Prinsip
keswadayaan.
Prinsip
keswadayaan merupakan prinsip yang mendorong kemandirian pelajar dalam upaya
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pendidikan orang dewasa bertujuan untuk
menghasilkan manusia yang mandiri yang mampu melakukan peranan sebagai subyek
atau pelaku. Untuk itulah diperlukan prinsip keswadayaan.
6. Prinsip kesinambungan
6. Prinsip kesinambungan
Prinsip yang
menjamin adanya kesimambungan dari materi yang dipelajari sekarang dengan
materi yang telah dipelajari di masa yang lalu dan dengan materi yang akan
dipelajari di waktu yang akan datang. Dengan prinsip ini maka akan terwujud
konsep pendidikan seumur hidup (life long education) dalam pendidikan orang
dewasa.
7. Prinsip manfaat
Prinsip manfaat
menjamin bahwa apa yang dipelajari dalam pendidikan orang dewasa adalah ssesuai
dengan kebutuhan yang dirasakan oleh pelajar. Orang dewasa akan siap untuk
belajar manakala dia menyadari adanya kebutuhan yang harus dipenuhi. Kesadaran
terhadap kebutuhan ini mendorong timbulnya minat untuk belajar, dan karena rasa
tanggung jawabnya sebagai orang dewasa maka timbul kesiapanya untuk belajar.
8. Prinsip kesiapan
Prinsip kesiapan
menjamin kesiapan mental maupun kesiapan fisik dari pelajar untuk dapat
melakukan kegiatan pembelajaran. Orang dewasa tidak akan dapat melakukan
kegiatan pembelajaran manakala dirinya belum siap untuk melakukannya, apakah
itu karena belum siap fisiknya atau belum siap mentalnya.
9. Prinsip lokalitas
9. Prinsip lokalitas
Prinsip
lokalitas menjamin adanya materi yang dipelajari bersifat spesifik local.
Generalisasi dari hasil pembelajaran dalm pendidikan orang dewasa akan sulit
dilakukan. Hasil pendidikan orang dewasa pada umumnya merupakan kemampuan yang
spesifik yang akan dipergunakan untuk memecahkan masalah pelajar pada tempat
mereka masing-masing, pada saat sekarang juga. Kemampuan tersebut tidak dapat
diberlakukan secara umum menjadi suatu teori, dalil, atau prinsip yang dapat
diterapkan dimana saja, dan kapan saja. Hasil pembelajaran sakarang mungkin
sudah tidak dapat lagi dipergunakan untuk memecahkan masalah yang sama dua atau
tiga tahun mendatang. Demikian pula hasil pembelajaran tersebut tidak dapat
diaplikasikan dimana saja, tetapi harus diaplikasikan di tempat pelajar sendiri
karena hasil pembelajaran tersebut diiproses dari pengalaman-pengalaman yang
dimiliki oleh pelajar.
10. Prinsip keterpaduan
10. Prinsip keterpaduan
Prinsip keterpaduan
menjamin adanya integrasi atau keterpaduan materi pendidikan orang dewasa.
Rencana pembelajaran dalam pendidikan orang dewasa harus meng-cover
materi-materi yang sifatnya terintegrasi menjadi suatu kesatuan meteri yang
utuh, tidak partial atau terpisah-pisah. (Suprijanto, 2007).
III.
KESIMPULAN
Adapun
kesimpulan dari makalah ini adalah:
1. Pendidikan
Orang Dewasa atau Andragogi merupakan suatu ilmu (science) dan seni (art) dalam
membantu orang dewasa belajar.
2. Fungsi
dasar pendidikan orang dewasa adalah instruksi, konseling, perkembangan program
dan administrasi.
3. Terdapat
10 prinsip Pendidikan Orang Dewasa, yaitu: kemitraan, pengalaman nyata, kebersamaan,
partisipasi, keswadayaan, kesinambungan, manfaat, kesiapan, lokalitas, dan
keterpaduan.
DAFTAR PUSTAKA
Suprijanto,
2007. Pendidikan Orang Dewasa : dari teori hingga aplikasi.Jakarta
: Bumi Aksara.
Yusnadi. (2002). Andragogi, pendidikan
orang dewasa. Medan : Program Pascasarjana Universitas Sumatera Negeri
Medan
Comments
Post a Comment