LAPORAN MANAJEMEN PERBENGKELAN DAN K3
MANAJEMEN
PERBENGKELAN DAN K3
(
Laporan Praktikum Perbengkelan )
Oleh:
Fanya Alfacia Arafat
1314071022
LABORATORIUM
DAYA ALAT DAN MESIN PERTANIAN
JURUSAN
TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2015
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Teknik Perbengkelan adalah pengetahuan dan
ketermpilan tentang peralatan dan metode untuk membuat, membentuk, merubah
bentuk, merakit ataupun memperbaiki suatu benda (dalam hal ini adalah berbahan
dasar logam) menjadi bentuk baru atau kondisi yang lebih baik, baik manfaat
ataupun estetika.
Bengkel adalah sebuah bangunan yang menyediakan ruang dan peralatan untuk melakukan konstruksi atau manufaktur, dan/atau memperbaiki benda. Sedangkan perbengkelan adalah sebuah ilmu
yang telah berkembang bahkan sebelum Revolusi
Industri karena bengkel merupakan
satu-satunya tempat untuk membuat alat hingga berkembang industri manufaktur
besar dengan mesin uapnya.
Dalam
perancangan alat atau mesin yang lebih modern dibutuhkan lah tempat serta
alat yang layak dan tepat untuk merancang hingga membuat alat seutuhnya. Oleh
sebab itu maka pengenalan tentang perbengkelan dalam bidang pertanian menjadi
cukup penting. Disanalah dapat dipelajari tentang seluruh jenis dan fungsi alat
serta mesin penunjang perbengkelan pertanian.
Setiap
alat dan mesin memiliki karakteristik berbeda serta dapat mengancam keselamatan
pengguna atau operator selama pengerjaan.Dengan mengetahui jenis dan fungsi
alat serta mesin dapat mengurangi resiko kecelakaan. Di dunia industri modern
biasanya dibuat sistem keselamatan kerja dengan membuat aturan-aturan atau tata
cara pengoperasian alat serta mesin perbengkelan.
Keselamatan kerja adalah upaya yang dilakukan untuk
mengurangi terjadinya kecelakaan, kerusakan dan segala bentuk kerugian baik
terhadap manusia, maupun yang berhubungan dengan peralatan, obyek kerja,
bengkel tempat bekerja, dan lingkungan kerja, secara langsung dan tidak
langsung. Sejalan dengan kemajuan teknologi, maka permasalahan keselamatan
kerja menjadi salah satu aspek yang sangat penting, mengingat resiko bahaya
dalam penerapan teknologi juga semakin kompleks. Keselamatan kerja merupakan
tanggungjawab semua orang baik yang terlibat langsung dalam pekerjaan dan juga
masyarakat produsen dan konsumen pemakai teknologi pada umumnya (Daryanto,
2003).
1.2 Tujuan
Adapun Tujuan dari praktikum Perbengkelan ini adalah, mahasiswa mampu:
1. Memahami dan menjelaskan tentang pengertian dan ruang
lingkup pekerjaan di bidang perbengkelan konstruksi logam.
2. Memahami dan menjelaskan beberapa jenis bengkel dan
fungsinya, khususnya yang berkaitan dengan alat dan mesin pertanian.
3. Memahami dasar-dasar pengelolaan bengkel untuk pertanian.
4. Memahami makna dan pentingnya K3 (Kesehatan dan
Keselamatan Kerja) di bengkel.
5. Memahami dan menghindari hal-hal yang dapat membahayakan
kesehatan dan keselamatan dalam melakukan pekerjaan di bengkel.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Manajemen perbengkelan
Pengertian bengkel secara umum tempat (bangunan atau
ruangan) untuk perawatan / pemeliharaan, perbaikan, modifikasi alat dan mesin
(alsin), tempat pembuatan bagian mesin dan perakitan alsin. Sedangkan Bengkel
pertanian merupakan tempat untuk melakukan pembuatan, perbaikan, penyimpanan
dan perawatan berbagai alat mesin pertanian. Di dalam bengkel harus terdapat
alat-alat dan bahan-bahan yang menunjang kegiatan-kegiatan yang dilakukan di
bengkel tersebut. Dan setiap pihak yang bersangkutan dengan kegiatan ini harus
memahami masalah keselamatan dan kesehatan kerja.
Manajemen
merupakan alat untuk mencapai tujuan dan tujuan itu sendiri erupakan realisasi
dari kebutuhan sehingga secara tidak langsung manajemen adalah alat untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Manajemen bengkel adalah alat untuk mengatur
efektivitas dan efisiensi bengkel. Pengelolaan manajemen bengkel baik
diharapkan dapat mengatur dan menggerakkan sumber daya yang ada untuk mencapai
tujuan bengkel tersebut (Daryanto, 1987)
Manajemen bengkel yang baik harus didukung oleh administrasi yang tertib.
Administrasi ini harus mencatat semua sumber daya yang menjadi aset bengkel.
Untuk itu, diperlukan kartu-kartu administrasi sebagai berikut:
1.
Kartu pemakaian bengkel
2.
Kartu laporan kerusakan
3.
Bon pinjam/ pengembalian alat
4.
Daftar alokasi tugas
5.
Daftar kondisi peralatan menurut keadaan
6.
Buku inventaris alat/ mesin
7.
Buku penerimaan barang
8.
Buku pengeluaran/ pemakaian bahan
9.
Kartu perbaikan peralatan
10. Catatan pengembangan staff
Ada beberapa
jenis dan status bengkel yang dapat diterangkan sebagai berikut :
1.
Bengkel Bebas (Independent Work Shop)
Bengkel ini berdiri sendiri, tidak
terikat dan tidak memawakili merek tertentu sehingga kebijakan-kebijakan dapat
diambil sendiri sepanjang tidak merugikan bengkel itu sendiri.
2.
Bengkel Perwakilan (Authorized Work Shop)
Bengkel ini masih mirip dengan
bengkel tersebut diatas, yaitu berdiri sendiri tapi ada merek yang diwakilinya
melalui surat penunjukan dari pemegang merek. Kebijakan-kebijakan yang diambil
disesuaikan dengan perusahaan yang menunjuknya dan sekaligus masuk kedalam
bagian dari layanan purna jual merek yang bersangkutan. Jenis bengkel ini
memungkinkan untuk menerima kemudahan-kemudahan dari perusahaan yang
menunjuknya. Kemudahan-kemudahan tersebut bisa bersifat bantuan teknis.
3.
Bengkel Dealer (Dealer Work Shop)
Bengkel ini merupakan bagian atau sub bagian
operasional dari dealer atau ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merek) sebagai unit
layanan purna jual untuk mendukung sistem pemasaran. Kebijakan-kebijakan yang
dibuat sepenuhnya tergantung dan tunduk pada perusahaan/dealer yang
bersangkutan (Daryanto, 1987).
.
Bengkel sebaiknya dilengkai dengan
perkakas yang diperlukan dengan mengacu pada daftar ini. Ingat bahwa jenis dan
jumlah perkakas yang diperlukan akan berbeda dengan skala pelaksanaan perbaikan
dan banyaknya kendaraan yang diperbaiki, perkakasa pada bengkel umumnya diketegorikan
berdasarkan fungsi kerjanya masing-masing.
2.2
Peralatan Perbengkelan
Peralatan dasar yang dibutuhkan
untuk sebuah bengkel antara lain adalah obeng, palu, tang, kunci pas dan
kunci-kunci khusus, catok, bor. Selain itu, peralatan lain yang tidak kalah
pentingnya dalam menyelesaikan pekerjaan di bengkel adalah meja kerja, papan
alat, dan kotak untuk bengkel yang lebih lengkap, misalnya yang digunakan untuk
perbaikan alat yang lebih rumit atau untuk produksi, tersedia mesin perkakas
misalnya:
1.
Mesin penekuk / melipat lembaran logam.
2.
Mesin pembuat alur pada permukaan logam
3.
Mesin pembuat roda gigi.
4.
Peralatan cor logam
5.
Peralatan tempa.
6.
Kompresor udara.
7.
Mesin pres lembaran logam.
Alat bengkel diklasifikasikan dalam beberapa kelompok yaitu:
1. Layout tools (L) merupakan alat-alat yang digunakan untuk mengukur atau menandai kayu, logam, atau bahan lainnya.
2. Cutting tools (C) merupakan alat-alat yang digunakan untuk memotong,
memisahkan atau memindahkan material/bahan
3. Boring tools (Br) merupakan alat-alat yang digunakan untuk melubangi atau
mengubah ukuran dan bentuk lubang
4. Driving tools (Dr) merupakan alat-alat yang digunakan untuk memindahkan
alat dan material lain
5. Holding tools (H) merupakan alat-alata yang digunakan untuk menejepit kayu,
logam, plastik dan bahan lain.
6. Turning tools (Tr) merupakan alat-alat yang digunakan untuk memutar sekrup,
palang, baut atau mur.
7. Digging tools (D) merupakan peralatan yang digunakan untuk mengeraskan,
mengendurkan dan membuat rata.
8. Other tools (O) merupakan kelompok peralatan dalam bengkel yang tidak
termasuk ke dalam penggolongan di atas.
Peralatan dan
perlengkapan perbengkelan yang dianjurkan adalah hanya yang dibutuhkan untuk
perawatan dan perbaikan sehari-hari, bukan untuk pekerjaan besar (overhaul)
alsin pertanian. Pekerjaan ringan seperti perbaikan konstruksi alsin pertanian
dapat pula ditangan sendiri oleh bengkel. Suatu bangku kerja yang diletakan di
dekat dinding dan diikat erat dengan baut sangat dibutuhkan. Almari untuk
menyimpan paku, baut, mur, suku cadang juga sangat diperlukan. Alat-alat
perbengkelan ini diperlukan untuk mempermudah seluruh kegiatan perawatan dan
perbaikan alat dan mesin pertanian yang ada di bengkel (van
Terheijden, dan Harun. 1971).
Perkakas bengkel hampir selalu
tersedia pada setiap satuan kehidupan. Bahkan di rumah tangga biasapun
kebanyakan akan ditemukan peralatan bengkel minimal, yang digunakan untuk
perawatan dan perbai kan barang-barang keperl uan rumah tangga. Juga di
kantor-kantor, banyak pekerjaan perawatan kecil yang lebih efisien jika
dilakukan sendiri oleh karyawan kantor tersebut. Pekerjaan perbengkelan selalu
dibutuhkan oleh setiap unit kehidupan. Hal tersebut disebabkan oleh sifat alami
barang-barang perlengkapan kehidupan yang selalu membutuhkan perawatan serta
mengalami kerusakan dari waktu ke waktu. Dapat dikatakan bahwa pekerjaan
perbengkelan hampir selalu menyertai setiap pemilikan barang (van
Terheijden, dan Harun, 1971)
2.3 Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Kesehatan
kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar pengguna bengkel
kerja/pekerja memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik
jasmani, rohani maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap
penyakit atau gangguann kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan. Kesehatan
dalam ruang lingkup keselamatan dan kesehatan kerja tidak hanya diartikan
sebagai suatu keadaan bebas dari penyakit dan penerapannya yang bertujuan untuk
mewujudkan tenaga kerja sehat, produktif dalam bekerja, berada dalam
keseimbangan yang mantap antara kapasitas kerja, beban kerja dan keadaan
lingkungan kerja, serta terlindung dari dari penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan dan lingkungan kerja (Suma’mur, 1996).
Keselamatan kerja
adalah keselamatan yang berhubungan dengan peralatan, tempat kerja dan
lingkungan, serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja merupakan
tugas semua orang yang bekerja (Bennet,N.B, Rumondang, B.Silalahi, 1991).
Tujuan Keselamatan
Kerja adalah: (1) Agar tenaga kerja terhindar dari gangguan kesehatan yang
disebabkan oleh lingkungan kerja; (2) Agar tenaga kerja merasa aman dan
terlindungi dalam bekerja; (3) Agar tenaga kerja mendapat jaminan keselamatan
dan kesehatan kerja; (4) Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja dapat
digunakan sebaik-baiknya; (5) Agar semua hasil produksi terpelihara
keamanannya; (6) Agar dapat meningkatkan kegairahan, keserasian dan partisipasi
kerja (Suma’mur, 1996).
III. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum mata
kuliah Perbengkelan dengan judul Manajemen Perbengkelan dan K3 ini dilaksanakan
pada hari Jumat, tanggal 13 Maret 2015 pukul 15.00 – 16.40 WIB, di Laboratorium
Daya Alat dan Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang
digunakan pada praktikum Perbengkelan yaitu contoh alat dan mesin perbengkelan.
Adapun bahan yang
digunakan pada praktikum
Manajemen Perbengkelan dan K3 yaitu buku atau kertas dan pulpen untuk mencatat
nama dan fungsi alat mesin dalam
perbengkelan.
3.2 Prosedur Praktikum
Dijelaskan
tentang kesehatan dan keselamatan kerja pada perbengkelan
|
Dijelaskan
nama-nama dan fungsi alat perbengkelan
|
Dijelaskan
nama-nama dan fungsi mesin pada perbengkelan
|
Diberikan
kesempatan kepada mahasiswa untuk bertanya kepada asisten dosen apabila
masih ada yang kurang paham.
|
Diberikan
kesempatan kepada mahasiswa untuk memfoto alat dan mesin yang ada di
Laboratorium Daya Alat dan Mesin Pertanian
|
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh
data hasil pengamatan sebagai berikut :
Tabel 1. Alat dan Mesin Perbengkelan
No.
|
Gambar dan Nama ALSIN
|
Fungsi dan Kegunaan
|
1
|
MESIN GERINDA
|
Mesin Gerinda adalah suatu mesin yang digunakan untuk
penghalusan benda kerja atau untuk penajaman perkakas seperti pisau, golok
dan lain lain.
|
2
|
MESIN BUBUT
|
Mesin Bubut berfungsi
sebagai pengubah bentuk dan ukuran bendaa dengan jalan menyayat benda
tersebut dengan suatu pahat penyayat.
|
3
|
KACAMATA
LAS
|
Kacamata Las
berfungsi untuk melindungi mata agar tidak terkena percikan api pada saat
mengelas.
|
4
|
MESIN
PENGHALUS
|
Untuk
menghaluskan permukaan besi yang kasar
|
5
|
OBENG
|
Obeng adalah alat yang digunakan untuk melepas sekrup dari
komponen komponen kendaraan seperti lampu, kepala, pelindung radiator, dan
untuk melepas pengikat seperti sekrup sekrup seperti kotak dan baut baut
talang.
|
6
|
BOR
KECIL
|
Bor ini berfungsi
untuk mengebor dan melubangi
|
7
|
KUNCI
RING
|
Kunci ini digunakan untuk membuka baut kepala segi enam
yang mempunyai 12 sudut kunci pada tempat-tempat yang sempit.
|
8
|
MESIN
GERINDA
|
Untuk menggerinda
permukaan benda kerja sehingga rata dan halus
|
9
|
MATA GERINDA
|
Berfungsi untuk memotong kayu
|
10
|
GERINDA
|
Untuk menghaluskan
permukaan kayu yang kasar
|
11
|
GERGAJI
BESI
|
Gergaji adalah alat yang digunakan untuk memotong atau
mengurangi ketebalan suatu benda tertentu.
|
12
|
TANG
|
Tang adalah alat yang digunakan untuk
mencengkram atau memegang komponen yang akan di buka dengan cara diputarkan
bagiannya.
|
13
|
BOR
TANGAN
|
Untuk mengebor atau melubangi secara
manual
|
14
|
KUNCI
T
|
Berfungasi untuk memutar baut
|
15
|
MESIN PEMOTONG
|
Berfungsi untuk
memotong kayu dengan menggerakkan kayu ke mesin
|
16
|
MESIN
PEMOTONG
|
Untuk memotong papan dengan alur
pemotongan yang tipis
|
17
|
GERGAJI BESI
|
Gergaji adalah alat yang digunakan untuk memotong atau
mengurangi ketebalan suatu benda tertentu.
|
18
|
MESIN
BOR
|
Mesin Bor adalah mesin yang
digunakan untuk membuat lubang, alur, dan bisa untuk peluasan dan penghalusan
suatu lubang dengan sangat efisien.
|
4.2 Pembahasan
Manajemen bengkel
adalah alat untuk mengatur efektivitas dan efisiensi bengkel. Pengelolaan
manajemen bengkel baik diharapkan dapat mengatur dan menggerakkan sumber daya
yang ada untuk mencapai tujuan bengkel tersebut. Manajemen bengkel yang baik harus didukung oleh administrasi yang tertib (Daryanto,
1987).
Perbengkelan di
Laboratorium Daya Alat dan Mesin pada dasarnya
sudah memenuhi standar sebagai bengkel. Hal ini didukung oleh kualitas peralatan las dan perbengkelan secara umum, dalam bengkel yang rata-rata sudah menggunakan tenaga mesin, dan
lain-lain. Dari segi
kuantitas, peralatan juga tersedia dalam jumlah yang memadai. Akan
tetapi, dalam bengkel tersebut belum memiliki inventarisasi peralatan bengkel
padahal inventarisasi peralatan merupakan hal yang sangat penting untuk
mengetahui dan memanajemen peralatan dalam bengkel.
Bengkel sebaiknya dilengkai dengan
perkakas yang diperlukan dengan mengacu pada daftar ini. Ingat bahwa jenis dan
jumlah perkakas yang diperlukan akan berbeda dengan skala pelaksanaan perbaikan
dan banyaknya kendaraan yang diperbaiki, perkakasa pada bengkel umumnya diketegorikan
berdasarkan fungsi kerjanya masing-masing.
Dalam bengkel
juga tidak terdapat penggolongan atau klasifikasi peralatan, misalnya peralatan
potong (Cutting tools), peralatan ukur (Layout tools), penjepit (Holding
tools), peralatan untuk
pembuatan lubang (Boring tools) dan lain-lain. Klasifikasi ini akan memudahkan
dalam penggunaan peralatan sesuai dengan fungsinya. Secara umum, peralatan dalam bengkel berada dalam kondisi baik. Artinya
bahwa dalam bengkel, peralatan bengkel masih layak digunakan. Dengan kata lain
masih bekerja sesuai dengan fungsinya. Namun, secara fisik, peralatan tersebut
tidak teratur. Hal ini dapat dilihat pada kebanyakan alat yang berhamburan.
Selain itu, mesin-mesin dalam bengkel berada dalam kondisi yang kotor.
Sisa-sisa logam pengelasan dan pemotongan memenuhi bengkel. Di sini nampak
bahwa kurangnya perhatian mahasiswa atau praktikan pada aspek kebersihan
bengkel.
Alat kebersihan
dalam bengkel sangat tidak memadai. Oleh karena itu
dari aspek kebersihan, bengkel di Laboratorium Daya Alat dan Mesin belum memenuhi standar. Kondisi seperti ini memang sulit dihindarkan dari kegiatan perbengkelan dalam
bengkel las tersebut yang tentunya banyak melakukan kegiatan pemotongan dan
pengelasan sebagai kegiatan utama.
Keselamatan
dan kesehatan kerja merupakan hal yang penting bagi perusahaan, karena dampak
kecelakaan dan penyakit kerja tidak hanya merugikan tenaga kerja, tetapi juga
perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Keselamatan kerja
berarti proses merencanakan dan mengendalikan situasi yang berpotensi
menimbulkan kecelakaan kerja melalui persiapan prosedur operasi standar yang
menjadi acuan dalam bekerja (Daryanto, 2003).
Terdapat dua penyebab besar terjadinya kecelakaan kerja yaitu perilaku yang
tidak aman dan kondisi lingkungan yang tidak aman, penyebab kecelakaan diakibatkan
oleh perilaku yang tidak aman sebagai berikut:
1.
sembrono dan tidak hati – hati
2.
tidak mematuhi peraturan
3.
tidak mengikuti standar prosedur kerja.
4.
tidak memakai alat pelindung diri
5.
kondisi badan yang lemah
Di sisi
lain, kecelakaan sering terjadi akibat kondisi kerja yang tidak aman. Berikut
ini beberapa contoh yang menggambarkan kondisi kerja tidak aman, antara lain
:tidak ada instruksi tentang metode yang aman, tidak ada atau kurangnya
pelatihan si pekerja, memakai pakaian yang tidak cocok untuk mengerjakan tugas
pekerjaan tersebut, menderita cacat jasmani, penglihatan kabur, pendengarannya
kurang, mempunyai rambut panjang yang mengganggu di dalam melakukan pekerjaan
dan sistem penerangan ruang yang tidak mendukung.
Persentase penyebab kecelakaan di
bengkel kerja mesin berdasarkan penelitian yang dilakukan para ahli yaitu terluka akibat mengangkut barang sebanyak 30%, disebabkan
karena jatuh sebanyak 20%, obyek yang jatuh sebanyak 10%,
dikarenakan peralatan tangan sebanyak 10%, dan dikarenakan mesin sebanyak 9%, dikarenakan
alat angkut 5%, disebabkan karena terbakar sebanyak
2%, dikarenakan arus listrik sebanyak 2%, dikarenakan zat berbahaya sebanyak
1%, dan lain-lain sebanyak
5% (Bennet,N.B,
Rumondang, B.Silalahi, 1991).
V. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum
yang telah dilakukan, maka dapat kita ambil kesimpulan sebagai berikut :
1.
Bengkel adalah sebuah bangunan yang menyediakan ruang dan peralatan untuk melakukan
konstruksi atau manufaktur, dan/atau
memperbaiki benda.
2.
Manajemen bengkel
adalah alat untuk mengatur efektivitas dan efisiensi bengkel.
3.
Kesehatan kerja adalah suatu kondisi
kesehatan yang bertujuan agar pengguna bengkel kerja/pekerja memperoleh derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
4.
Keselamatan kerja adalah keselamatan
yang berhubungan dengan peralatan, tempat kerja dan lingkungan, serta cara-cara
melakukan pekerjaan.
5.
Terdapat dua
penyebab besar terjadinya kecelakaan kerja yaitu perilaku yang tidak aman dan kondisi
lingkungan yang tidak aman.
DAFTAR
PUSTAKA
Bennet, N.B
Silalahi, Rumondang, B.
Silalahi, 1991. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT.
Pustaka Binaman Pressindo.
Daryanto.1987. Mesin Perkakas Bengkel. Jakarta :
PT Rineka Cipta.
Daryanto, 2003. Kesehatan
dan Keselamatan Kerja Bengkel. Jakarta
; Rineka.
Suma’mur, 1996. Keselamatan
kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: CV Haji Mas Agung.
van Terheijden, dan Harun. 1971. Alat-alat
Perkakas 2. Bandung
: Penerbit
Binacipta.
MANAJEMEN
PERBENGKELAN DAN K3
(
Laporan Praktikum Perbengkelan )
Oleh:
Fanya Alfacia Arafat
1314071022
LABORATORIUM
DAYA ALAT DAN MESIN PERTANIAN
JURUSAN
TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2015
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Teknik Perbengkelan adalah pengetahuan dan
ketermpilan tentang peralatan dan metode untuk membuat, membentuk, merubah
bentuk, merakit ataupun memperbaiki suatu benda (dalam hal ini adalah berbahan
dasar logam) menjadi bentuk baru atau kondisi yang lebih baik, baik manfaat
ataupun estetika.
Bengkel adalah sebuah bangunan yang menyediakan ruang dan peralatan untuk melakukan konstruksi atau manufaktur, dan/atau memperbaiki benda. Sedangkan perbengkelan adalah sebuah ilmu
yang telah berkembang bahkan sebelum Revolusi
Industri karena bengkel merupakan
satu-satunya tempat untuk membuat alat hingga berkembang industri manufaktur
besar dengan mesin uapnya.
Dalam
perancangan alat atau mesin yang lebih modern dibutuhkan lah tempat serta
alat yang layak dan tepat untuk merancang hingga membuat alat seutuhnya. Oleh
sebab itu maka pengenalan tentang perbengkelan dalam bidang pertanian menjadi
cukup penting. Disanalah dapat dipelajari tentang seluruh jenis dan fungsi alat
serta mesin penunjang perbengkelan pertanian.
Setiap
alat dan mesin memiliki karakteristik berbeda serta dapat mengancam keselamatan
pengguna atau operator selama pengerjaan.Dengan mengetahui jenis dan fungsi
alat serta mesin dapat mengurangi resiko kecelakaan. Di dunia industri modern
biasanya dibuat sistem keselamatan kerja dengan membuat aturan-aturan atau tata
cara pengoperasian alat serta mesin perbengkelan.
Keselamatan kerja adalah upaya yang dilakukan untuk
mengurangi terjadinya kecelakaan, kerusakan dan segala bentuk kerugian baik
terhadap manusia, maupun yang berhubungan dengan peralatan, obyek kerja,
bengkel tempat bekerja, dan lingkungan kerja, secara langsung dan tidak
langsung. Sejalan dengan kemajuan teknologi, maka permasalahan keselamatan
kerja menjadi salah satu aspek yang sangat penting, mengingat resiko bahaya
dalam penerapan teknologi juga semakin kompleks. Keselamatan kerja merupakan
tanggungjawab semua orang baik yang terlibat langsung dalam pekerjaan dan juga
masyarakat produsen dan konsumen pemakai teknologi pada umumnya (Daryanto,
2003).
1.2 Tujuan
Adapun Tujuan dari praktikum Perbengkelan ini adalah, mahasiswa mampu:
1. Memahami dan menjelaskan tentang pengertian dan ruang
lingkup pekerjaan di bidang perbengkelan konstruksi logam.
2. Memahami dan menjelaskan beberapa jenis bengkel dan
fungsinya, khususnya yang berkaitan dengan alat dan mesin pertanian.
3. Memahami dasar-dasar pengelolaan bengkel untuk pertanian.
4. Memahami makna dan pentingnya K3 (Kesehatan dan
Keselamatan Kerja) di bengkel.
5. Memahami dan menghindari hal-hal yang dapat membahayakan
kesehatan dan keselamatan dalam melakukan pekerjaan di bengkel.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Manajemen perbengkelan
Pengertian bengkel secara umum tempat (bangunan atau
ruangan) untuk perawatan / pemeliharaan, perbaikan, modifikasi alat dan mesin
(alsin), tempat pembuatan bagian mesin dan perakitan alsin. Sedangkan Bengkel
pertanian merupakan tempat untuk melakukan pembuatan, perbaikan, penyimpanan
dan perawatan berbagai alat mesin pertanian. Di dalam bengkel harus terdapat
alat-alat dan bahan-bahan yang menunjang kegiatan-kegiatan yang dilakukan di
bengkel tersebut. Dan setiap pihak yang bersangkutan dengan kegiatan ini harus
memahami masalah keselamatan dan kesehatan kerja.
Manajemen
merupakan alat untuk mencapai tujuan dan tujuan itu sendiri erupakan realisasi
dari kebutuhan sehingga secara tidak langsung manajemen adalah alat untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Manajemen bengkel adalah alat untuk mengatur
efektivitas dan efisiensi bengkel. Pengelolaan manajemen bengkel baik
diharapkan dapat mengatur dan menggerakkan sumber daya yang ada untuk mencapai
tujuan bengkel tersebut (Daryanto, 1987)
Manajemen bengkel yang baik harus didukung oleh administrasi yang tertib.
Administrasi ini harus mencatat semua sumber daya yang menjadi aset bengkel.
Untuk itu, diperlukan kartu-kartu administrasi sebagai berikut:
1.
Kartu pemakaian bengkel
2.
Kartu laporan kerusakan
3.
Bon pinjam/ pengembalian alat
4.
Daftar alokasi tugas
5.
Daftar kondisi peralatan menurut keadaan
6.
Buku inventaris alat/ mesin
7.
Buku penerimaan barang
8.
Buku pengeluaran/ pemakaian bahan
9.
Kartu perbaikan peralatan
10. Catatan pengembangan staff
Ada beberapa
jenis dan status bengkel yang dapat diterangkan sebagai berikut :
1.
Bengkel Bebas (Independent Work Shop)
Bengkel ini berdiri sendiri, tidak
terikat dan tidak memawakili merek tertentu sehingga kebijakan-kebijakan dapat
diambil sendiri sepanjang tidak merugikan bengkel itu sendiri.
2.
Bengkel Perwakilan (Authorized Work Shop)
Bengkel ini masih mirip dengan
bengkel tersebut diatas, yaitu berdiri sendiri tapi ada merek yang diwakilinya
melalui surat penunjukan dari pemegang merek. Kebijakan-kebijakan yang diambil
disesuaikan dengan perusahaan yang menunjuknya dan sekaligus masuk kedalam
bagian dari layanan purna jual merek yang bersangkutan. Jenis bengkel ini
memungkinkan untuk menerima kemudahan-kemudahan dari perusahaan yang
menunjuknya. Kemudahan-kemudahan tersebut bisa bersifat bantuan teknis.
3.
Bengkel Dealer (Dealer Work Shop)
Bengkel ini merupakan bagian atau sub bagian
operasional dari dealer atau ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merek) sebagai unit
layanan purna jual untuk mendukung sistem pemasaran. Kebijakan-kebijakan yang
dibuat sepenuhnya tergantung dan tunduk pada perusahaan/dealer yang
bersangkutan (Daryanto, 1987).
.
Bengkel sebaiknya dilengkai dengan
perkakas yang diperlukan dengan mengacu pada daftar ini. Ingat bahwa jenis dan
jumlah perkakas yang diperlukan akan berbeda dengan skala pelaksanaan perbaikan
dan banyaknya kendaraan yang diperbaiki, perkakasa pada bengkel umumnya diketegorikan
berdasarkan fungsi kerjanya masing-masing.
2.2
Peralatan Perbengkelan
Peralatan dasar yang dibutuhkan
untuk sebuah bengkel antara lain adalah obeng, palu, tang, kunci pas dan
kunci-kunci khusus, catok, bor. Selain itu, peralatan lain yang tidak kalah
pentingnya dalam menyelesaikan pekerjaan di bengkel adalah meja kerja, papan
alat, dan kotak untuk bengkel yang lebih lengkap, misalnya yang digunakan untuk
perbaikan alat yang lebih rumit atau untuk produksi, tersedia mesin perkakas
misalnya:
1.
Mesin penekuk / melipat lembaran logam.
2.
Mesin pembuat alur pada permukaan logam
3.
Mesin pembuat roda gigi.
4.
Peralatan cor logam
5.
Peralatan tempa.
6.
Kompresor udara.
7.
Mesin pres lembaran logam.
Alat bengkel diklasifikasikan dalam beberapa kelompok yaitu:
1. Layout tools (L) merupakan alat-alat yang digunakan untuk mengukur atau menandai kayu, logam, atau bahan lainnya.
2. Cutting tools (C) merupakan alat-alat yang digunakan untuk memotong,
memisahkan atau memindahkan material/bahan
3. Boring tools (Br) merupakan alat-alat yang digunakan untuk melubangi atau
mengubah ukuran dan bentuk lubang
4. Driving tools (Dr) merupakan alat-alat yang digunakan untuk memindahkan
alat dan material lain
5. Holding tools (H) merupakan alat-alata yang digunakan untuk menejepit kayu,
logam, plastik dan bahan lain.
6. Turning tools (Tr) merupakan alat-alat yang digunakan untuk memutar sekrup,
palang, baut atau mur.
7. Digging tools (D) merupakan peralatan yang digunakan untuk mengeraskan,
mengendurkan dan membuat rata.
8. Other tools (O) merupakan kelompok peralatan dalam bengkel yang tidak
termasuk ke dalam penggolongan di atas.
Peralatan dan
perlengkapan perbengkelan yang dianjurkan adalah hanya yang dibutuhkan untuk
perawatan dan perbaikan sehari-hari, bukan untuk pekerjaan besar (overhaul)
alsin pertanian. Pekerjaan ringan seperti perbaikan konstruksi alsin pertanian
dapat pula ditangan sendiri oleh bengkel. Suatu bangku kerja yang diletakan di
dekat dinding dan diikat erat dengan baut sangat dibutuhkan. Almari untuk
menyimpan paku, baut, mur, suku cadang juga sangat diperlukan. Alat-alat
perbengkelan ini diperlukan untuk mempermudah seluruh kegiatan perawatan dan
perbaikan alat dan mesin pertanian yang ada di bengkel (van
Terheijden, dan Harun. 1971).
Perkakas bengkel hampir selalu
tersedia pada setiap satuan kehidupan. Bahkan di rumah tangga biasapun
kebanyakan akan ditemukan peralatan bengkel minimal, yang digunakan untuk
perawatan dan perbai kan barang-barang keperl uan rumah tangga. Juga di
kantor-kantor, banyak pekerjaan perawatan kecil yang lebih efisien jika
dilakukan sendiri oleh karyawan kantor tersebut. Pekerjaan perbengkelan selalu
dibutuhkan oleh setiap unit kehidupan. Hal tersebut disebabkan oleh sifat alami
barang-barang perlengkapan kehidupan yang selalu membutuhkan perawatan serta
mengalami kerusakan dari waktu ke waktu. Dapat dikatakan bahwa pekerjaan
perbengkelan hampir selalu menyertai setiap pemilikan barang (van
Terheijden, dan Harun, 1971)
2.3 Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Kesehatan
kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar pengguna bengkel
kerja/pekerja memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik
jasmani, rohani maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap
penyakit atau gangguann kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan. Kesehatan
dalam ruang lingkup keselamatan dan kesehatan kerja tidak hanya diartikan
sebagai suatu keadaan bebas dari penyakit dan penerapannya yang bertujuan untuk
mewujudkan tenaga kerja sehat, produktif dalam bekerja, berada dalam
keseimbangan yang mantap antara kapasitas kerja, beban kerja dan keadaan
lingkungan kerja, serta terlindung dari dari penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan dan lingkungan kerja (Suma’mur, 1996).
Keselamatan kerja
adalah keselamatan yang berhubungan dengan peralatan, tempat kerja dan
lingkungan, serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja merupakan
tugas semua orang yang bekerja (Bennet,N.B, Rumondang, B.Silalahi, 1991).
Tujuan Keselamatan
Kerja adalah: (1) Agar tenaga kerja terhindar dari gangguan kesehatan yang
disebabkan oleh lingkungan kerja; (2) Agar tenaga kerja merasa aman dan
terlindungi dalam bekerja; (3) Agar tenaga kerja mendapat jaminan keselamatan
dan kesehatan kerja; (4) Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja dapat
digunakan sebaik-baiknya; (5) Agar semua hasil produksi terpelihara
keamanannya; (6) Agar dapat meningkatkan kegairahan, keserasian dan partisipasi
kerja (Suma’mur, 1996).
III. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum mata
kuliah Perbengkelan dengan judul Manajemen Perbengkelan dan K3 ini dilaksanakan
pada hari Jumat, tanggal 13 Maret 2015 pukul 15.00 – 16.40 WIB, di Laboratorium
Daya Alat dan Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang
digunakan pada praktikum Perbengkelan yaitu contoh alat dan mesin perbengkelan.
Adapun bahan yang
digunakan pada praktikum
Manajemen Perbengkelan dan K3 yaitu buku atau kertas dan pulpen untuk mencatat
nama dan fungsi alat mesin dalam
perbengkelan.
3.2 Prosedur Praktikum
Dijelaskan
tentang kesehatan dan keselamatan kerja pada perbengkelan
|
Dijelaskan
nama-nama dan fungsi alat perbengkelan
|
Dijelaskan
nama-nama dan fungsi mesin pada perbengkelan
|
Diberikan
kesempatan kepada mahasiswa untuk bertanya kepada asisten dosen apabila
masih ada yang kurang paham.
|
Diberikan
kesempatan kepada mahasiswa untuk memfoto alat dan mesin yang ada di
Laboratorium Daya Alat dan Mesin Pertanian
|
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh
data hasil pengamatan sebagai berikut :
Tabel 1. Alat dan Mesin Perbengkelan
No.
|
Gambar dan Nama ALSIN
|
Fungsi dan Kegunaan
|
1
|
MESIN GERINDA
|
Mesin Gerinda adalah suatu mesin yang digunakan untuk
penghalusan benda kerja atau untuk penajaman perkakas seperti pisau, golok
dan lain lain.
|
2
|
MESIN BUBUT
|
Mesin Bubut berfungsi
sebagai pengubah bentuk dan ukuran bendaa dengan jalan menyayat benda
tersebut dengan suatu pahat penyayat.
|
3
|
KACAMATA
LAS
|
Kacamata Las
berfungsi untuk melindungi mata agar tidak terkena percikan api pada saat
mengelas.
|
4
|
MESIN
PENGHALUS
|
Untuk
menghaluskan permukaan besi yang kasar
|
5
|
OBENG
|
Obeng adalah alat yang digunakan untuk melepas sekrup dari
komponen komponen kendaraan seperti lampu, kepala, pelindung radiator, dan
untuk melepas pengikat seperti sekrup sekrup seperti kotak dan baut baut
talang.
|
6
|
BOR
KECIL
|
Bor ini berfungsi
untuk mengebor dan melubangi
|
7
|
KUNCI
RING
|
Kunci ini digunakan untuk membuka baut kepala segi enam
yang mempunyai 12 sudut kunci pada tempat-tempat yang sempit.
|
8
|
MESIN
GERINDA
|
Untuk menggerinda
permukaan benda kerja sehingga rata dan halus
|
9
|
MATA GERINDA
|
Berfungsi untuk memotong kayu
|
10
|
GERINDA
|
Untuk menghaluskan
permukaan kayu yang kasar
|
11
|
GERGAJI
BESI
|
Gergaji adalah alat yang digunakan untuk memotong atau
mengurangi ketebalan suatu benda tertentu.
|
12
|
TANG
|
Tang adalah alat yang digunakan untuk
mencengkram atau memegang komponen yang akan di buka dengan cara diputarkan
bagiannya.
|
13
|
BOR
TANGAN
|
Untuk mengebor atau melubangi secara
manual
|
14
|
KUNCI
T
|
Berfungasi untuk memutar baut
|
15
|
MESIN PEMOTONG
|
Berfungsi untuk
memotong kayu dengan menggerakkan kayu ke mesin
|
16
|
MESIN
PEMOTONG
|
Untuk memotong papan dengan alur
pemotongan yang tipis
|
17
|
GERGAJI BESI
|
Gergaji adalah alat yang digunakan untuk memotong atau
mengurangi ketebalan suatu benda tertentu.
|
18
|
MESIN
BOR
|
Mesin Bor adalah mesin yang
digunakan untuk membuat lubang, alur, dan bisa untuk peluasan dan penghalusan
suatu lubang dengan sangat efisien.
|
4.2 Pembahasan
Manajemen bengkel
adalah alat untuk mengatur efektivitas dan efisiensi bengkel. Pengelolaan
manajemen bengkel baik diharapkan dapat mengatur dan menggerakkan sumber daya
yang ada untuk mencapai tujuan bengkel tersebut. Manajemen bengkel yang baik harus didukung oleh administrasi yang tertib (Daryanto,
1987).
Perbengkelan di
Laboratorium Daya Alat dan Mesin pada dasarnya
sudah memenuhi standar sebagai bengkel. Hal ini didukung oleh kualitas peralatan las dan perbengkelan secara umum, dalam bengkel yang rata-rata sudah menggunakan tenaga mesin, dan
lain-lain. Dari segi
kuantitas, peralatan juga tersedia dalam jumlah yang memadai. Akan
tetapi, dalam bengkel tersebut belum memiliki inventarisasi peralatan bengkel
padahal inventarisasi peralatan merupakan hal yang sangat penting untuk
mengetahui dan memanajemen peralatan dalam bengkel.
Bengkel sebaiknya dilengkai dengan
perkakas yang diperlukan dengan mengacu pada daftar ini. Ingat bahwa jenis dan
jumlah perkakas yang diperlukan akan berbeda dengan skala pelaksanaan perbaikan
dan banyaknya kendaraan yang diperbaiki, perkakasa pada bengkel umumnya diketegorikan
berdasarkan fungsi kerjanya masing-masing.
Dalam bengkel
juga tidak terdapat penggolongan atau klasifikasi peralatan, misalnya peralatan
potong (Cutting tools), peralatan ukur (Layout tools), penjepit (Holding
tools), peralatan untuk
pembuatan lubang (Boring tools) dan lain-lain. Klasifikasi ini akan memudahkan
dalam penggunaan peralatan sesuai dengan fungsinya. Secara umum, peralatan dalam bengkel berada dalam kondisi baik. Artinya
bahwa dalam bengkel, peralatan bengkel masih layak digunakan. Dengan kata lain
masih bekerja sesuai dengan fungsinya. Namun, secara fisik, peralatan tersebut
tidak teratur. Hal ini dapat dilihat pada kebanyakan alat yang berhamburan.
Selain itu, mesin-mesin dalam bengkel berada dalam kondisi yang kotor.
Sisa-sisa logam pengelasan dan pemotongan memenuhi bengkel. Di sini nampak
bahwa kurangnya perhatian mahasiswa atau praktikan pada aspek kebersihan
bengkel.
Alat kebersihan
dalam bengkel sangat tidak memadai. Oleh karena itu
dari aspek kebersihan, bengkel di Laboratorium Daya Alat dan Mesin belum memenuhi standar. Kondisi seperti ini memang sulit dihindarkan dari kegiatan perbengkelan dalam
bengkel las tersebut yang tentunya banyak melakukan kegiatan pemotongan dan
pengelasan sebagai kegiatan utama.
Keselamatan
dan kesehatan kerja merupakan hal yang penting bagi perusahaan, karena dampak
kecelakaan dan penyakit kerja tidak hanya merugikan tenaga kerja, tetapi juga
perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Keselamatan kerja
berarti proses merencanakan dan mengendalikan situasi yang berpotensi
menimbulkan kecelakaan kerja melalui persiapan prosedur operasi standar yang
menjadi acuan dalam bekerja (Daryanto, 2003).
Terdapat dua penyebab besar terjadinya kecelakaan kerja yaitu perilaku yang
tidak aman dan kondisi lingkungan yang tidak aman, penyebab kecelakaan diakibatkan
oleh perilaku yang tidak aman sebagai berikut:
1.
sembrono dan tidak hati – hati
2.
tidak mematuhi peraturan
3.
tidak mengikuti standar prosedur kerja.
4.
tidak memakai alat pelindung diri
5.
kondisi badan yang lemah
Di sisi
lain, kecelakaan sering terjadi akibat kondisi kerja yang tidak aman. Berikut
ini beberapa contoh yang menggambarkan kondisi kerja tidak aman, antara lain
:tidak ada instruksi tentang metode yang aman, tidak ada atau kurangnya
pelatihan si pekerja, memakai pakaian yang tidak cocok untuk mengerjakan tugas
pekerjaan tersebut, menderita cacat jasmani, penglihatan kabur, pendengarannya
kurang, mempunyai rambut panjang yang mengganggu di dalam melakukan pekerjaan
dan sistem penerangan ruang yang tidak mendukung.
Persentase penyebab kecelakaan di
bengkel kerja mesin berdasarkan penelitian yang dilakukan para ahli yaitu terluka akibat mengangkut barang sebanyak 30%, disebabkan
karena jatuh sebanyak 20%, obyek yang jatuh sebanyak 10%,
dikarenakan peralatan tangan sebanyak 10%, dan dikarenakan mesin sebanyak 9%, dikarenakan
alat angkut 5%, disebabkan karena terbakar sebanyak
2%, dikarenakan arus listrik sebanyak 2%, dikarenakan zat berbahaya sebanyak
1%, dan lain-lain sebanyak
5% (Bennet,N.B,
Rumondang, B.Silalahi, 1991).
V. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum
yang telah dilakukan, maka dapat kita ambil kesimpulan sebagai berikut :
1.
Bengkel adalah sebuah bangunan yang menyediakan ruang dan peralatan untuk melakukan
konstruksi atau manufaktur, dan/atau
memperbaiki benda.
2.
Manajemen bengkel
adalah alat untuk mengatur efektivitas dan efisiensi bengkel.
3.
Kesehatan kerja adalah suatu kondisi
kesehatan yang bertujuan agar pengguna bengkel kerja/pekerja memperoleh derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
4.
Keselamatan kerja adalah keselamatan
yang berhubungan dengan peralatan, tempat kerja dan lingkungan, serta cara-cara
melakukan pekerjaan.
5.
Terdapat dua
penyebab besar terjadinya kecelakaan kerja yaitu perilaku yang tidak aman dan kondisi
lingkungan yang tidak aman.
DAFTAR
PUSTAKA
Bennet, N.B
Silalahi, Rumondang, B.
Silalahi, 1991. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT.
Pustaka Binaman Pressindo.
Daryanto.1987. Mesin Perkakas Bengkel. Jakarta :
PT Rineka Cipta.
Daryanto, 2003. Kesehatan
dan Keselamatan Kerja Bengkel. Jakarta
; Rineka.
Suma’mur, 1996. Keselamatan
kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: CV Haji Mas Agung.
van Terheijden, dan Harun. 1971. Alat-alat
Perkakas 2. Bandung
: Penerbit
Binacipta.
Comments
Post a Comment